Penulis tidak akan membahas mengenai angka-angka tersebut hingga mendalam, pada pembabakan selanjutnya ulasan mengenai efek ketimpangan tersebut akan dituangkan dalam narasi mengenai sorotan ekonomi mikro pada sektor garmen.Â
Adapun ketertarikan penulis dalam industri garmen dan ekonomi makro yaitu, adanya lahan khusus yang dipersiapkan guna memenuhi gairah ekspor pasar eropa, memiliki pertumbuhan rata-rata 2% dalam lima tahun terakhir, hasil produk dari Indonesia menguasai 1,7% pasar dunia.Â
Kelekatan Lembaga dan PekerjaÂ
Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat meskipun angka ketimpangan tetap tinggi. Akar atas masalah tersebut adalah pengelolaan lembaga. Block dan Evans (2005) mengenalkan konsep kelekatan lembaga, institusi tersebut terdiri dari komponen negara, ekonomi dan masyarakat. Kerangka tersebut akan penulis pakai dalam menerangkan industri garmen mulai hulu sampai hilir.
 Ihwal hilir industri garmen dimulai dari pemilik pabrik, pemberi kerja dan asetnya (pekerja). Kemudian ada brand pakaian ternama menerapkan bisnis dengan sistem supply chain dengan pabrik di Indonesia. Sistem ini merupakan hasil pengembangan dari manajemen distribusi produk kepada konsumen (Jebarus, 2001).Â
Proses ini dimulai dari supplier, manufaktur, kemudian berlanjut kepada konsumen. Tujuannya untuk memanjakan konsumen, tingginya konsumsi sebuah barang menuntut korporasi melakukan inovasi. Supplier suatu produk melakukan kerjasama dengan pabrik untuk melakukan produksi.Â
Lapisan pabrik memberikan hasilnya kepada brand untuk mendapatkan label, kemudian barang tersebut siap untuk dipasarkan di ceruk pasar potensial.Â
Sasaran utamanya adalah wilayah dengan tingkat konsumtif tinggi menjadi target penjualan. Dalam proses produksinya dilakukan pengawasan yang ketat, guna mendapatkan hasil dengan kualitas terbaik. Proses tersebut melibatkan aset pabrik yang utama dalam sebuah rantai produksi, yaitu pekerja.Â
Sebuah perusahaan PT.Lie-samaran- yang penulis pernah kunjungi telah berevolusi. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 90an, pada tahun 2003 pihak management pengembangan dengan menambah divisi baru, yaitu supply chain. Divisi ini memiliki tugas melakukan pembagian kerja dengan melibatkan aktor luar pabrik untuk membantu dalam menyelesaikan pekerjaan. Kemudian muncul pekerja informal.Â
Dalam kerangka berpikir Block dan Evans pelibatan Negara melalui aktor sekitar lingkungan pabrik (kepala desa), ekonomi (kondisi pasar), dan masyarakat (pekerja informal) merupakan bentuk dinamika ketergantungan.Â
Serupa dengan Block dan Evans (2005), Achwan (2013) menjelaskan konsep kelekatan lembaga dapat berubah melalui sebuah inovasi yang dilakukan oleh aktor dalam Negara, ekonomi maupun masyarakat dan semuanya adalah faktor penting dalam keberhasilan kegiatan bisnis. Penulis melihat kelekatan lembaga merupakan inovasi kegiatan bisnis yang memiliki dampak melahirkan broker pasar dalam masyarakat.