Mohon tunggu...
Fauziany Rosita Putri
Fauziany Rosita Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Mahasiswa Ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030054

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nyadran, Tradisi Jawa Sambut Bulan Ramadhan

22 April 2021   09:47 Diperbarui: 22 April 2021   10:07 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Besik (Sumber : dokpri)

Pemerintah pusat sudah melarang masyarakat untuk tidak melaksanakan mudik Lebaran, dan pemerintah telah meyiapkan skenario untuk mengantisipasi adanya warga perantau yang akan nekat mudik di tahun 2021 ini. Namun pemerintah tidak melarang masyarakat dalam pelaksanaan tradisi Jawa yaitu nyadran. Tradisi nyadran, merupakan tradisi khas unik, yang dilakukan masyarakat Jawa untuk menyambut bulan suci Ramadhan secara turun temurun. Nyadran merupakan acara yang penting bagi masyarakat Jawa, dan hampir tidak pernah terlewat.

Dengan kebijakan dari kelurahan, masyarakat tetap antusias melaksanakan tradisi nyadran ini. Tradisi nyadran merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan juga agama Islam

Tradisi nyadran biasanya diadakan saat menjelang Ramadhan, atau pada tanggal 10 Rajab. Tradisi nyadran ini terdiri dari beberapa serangkaian kegiatan, yaitu upacara pembersihan makam, atau masyarakat Jawa menyebutnya besik, lalu dilanjutkan dengan tabur bunga. Besik merupakan serangkaian tradisi nyadran yang bertujuan untuk membersihkan makam para leluhur, agar makam terlihat bersih dan rapi. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan acara makan bersama, atau biasa disebut kenduri. Kenduri merupakan acara yang ditunggu-tunggu dalam acara tradisi nyadran. Karena dalam acara ini, masyarakat membaur menikmati hidangan tradisional, seperti sambar goring, gudangan, yang dibawa oleh setiap keluarga.

Tradisi nyadran menjadi acara penting bagi masyarakat Jawa. Karena, acara tradisi ini merupakan momentum masyarakat Jawa untuk menghormati para leluhur dan juga ungkapan rasa syukur yang besar kepada Allah SWT. Masing-masing daerah memiliki ciri khas yang berbeda-beda dalam pelaksanaan tradisi nyadran. Dibeberapa daerah di Jawa, masyarakat membersihkan makam dan membawa kenduri yang teridi dari nasi, lauk, sayur dan buah yang diletakkan dalam sebuah keranjang. Kenduri atau makanan tadi diletakkan dan ditinggalkan di sebuah lokasi di sekitar makam berdampingan dengan sejumlah uang yang diberikan kepada [engelola makam. Setelah itu, masyarakat akan berebut mengambil kenduri atau makanan tadi karena menganggap bahwa kenduri yang berada diacara nyadran itu memiliki banyak berkah, karena sudah didoakan oleh pemimpin doa.

Lain halnya dengan yang dilaksanakan oleh warga di daerah Bengking, Jatinom, Klaten, Jawa Tengah ini. Tradisi nyadran di daerah ini masih sangat terlihat serta warganya yang masih mempertahankan tradisi tersebut. Pada tahun ini, masyarakat tidak membawa kenduri saat sedang membersihkan makam. Masyarakat melakukan tradisi bessik atau membersihkan makam, merupakan simbol dari pembersihan diri menjelang bulan suci Ramadhan. Bukan hanya sekedar membersihkan makam, namun tradisi besik ini merupakan bentuk bakti masyarakat kepada para leluhur, dan juga merupakan hubungan dengan Allah SWT.

"Nyadran tetap dilaksanakan, walaupun dimasa pandemi seperti ini. Tetapi, saya tetap menghimbau masyarakat untuk tetap melaksanakan protocol kesehatan. Nyadran disini dilaksanakan per blok, jadi mengurangi jumlah masyarakat yang berkumpul," kata Bapak Suroto, selaku lurah di desa Bengking, Klaten, Minggu (4/4/2021).

Setelah besik, atau acara membersihkan makam dan menaburi bunga itu , masyarakat berkumpul di sebuah Masjid di desa tersebut, dengan berbondong-bondong membawa hidangan tradisional Jawa. Dari yang membawa tampah (tenpat untuk menaruh makanan, yang terbuat dari anyaman bambu) berisi nasi tumpeng, hingga tumpukan nasi yang ditata bersamaan dengan lauk serta sayurnya didalam sebuah baskom. Tak lupa juga buah-buahan seperti pisang, jeruk, salak, dan lainnya ikut serta dalam acara makan-makan ini. Setelah seluruh masyarakat berkumpul, juru doa atau masyarakat sekitar menyebutnya Pak Modin, akan memimpin doa bersama untuk mendoakan para leluhur yag berjuan di masa lalu. Setelah pemimpin doa atau Pak Modin selesai membacakan doa untuk para leluhur dan juga untuk memberikan limpahan rezeki kepada masyarakat desa, masyarakat mulai membaur menikmati makanan yang telah dihidangkan dan tidak lupa saling menukarkan dan membagikan makanan.

Besik dan tabur bunga (Sumber : dokpri)
Besik dan tabur bunga (Sumber : dokpri)

"Melalui acara Nyadran ini, diharapkan masyarakat dapat menambah rasa kekeluargaan dan kerukunan dalam masyarakat, dan hal tersebut dapat semakin meningkat karena acara ini. Dan saya harap tradisi nyadran ini dapat terus dilestarikan, khususnya oleh generasi muda," kata Bapak Suroto pada Minggu (4/4/2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun