Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Sosialistik

Pemuda penggerak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Persilatan dan Agenda Besar Menjaga Generasi Muda Bangsa

30 Juli 2018   23:37 Diperbarui: 30 Juli 2018   23:53 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekilas terlihat lembaga bela diri / dunia persilatan memang sudah menjadi salah satu warisan budaya nusantara. Menjamur dan menjadi salah satu nilai  yang tetap terjaga hingga hari ini. Dunia bela diri di wringin bukan menjadi cerita baru dalam keberadaannya, lembaga persilatan sudah ada sejak dahulu dan menjadi lambaga komplementer dalam mengisi minat dan bakat pilihan bagi anak usia dini. Besarnya manfaat yang secara lahir dan batin dalam mengembangkan bakat anak usia dini sudah banyak dibuktikan. 

Tak pelak berbagai prestasi yang didapatkan anak-anak dalam mendukung softskill di bidang bela diri pun banyak di raih. Hal ini menjadi bukti bahwa keberadaan lembaga bela diri juga mampu memberikan dukungan dari satu diantara banyak hal untuk menjaga perkembangan anak bisa tumbuh dengan baik. 

Jika di perhatikan lebih mendalam, kegitan-kegiatan yang diberikan oleh lembaga bela diri ini banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan psikis anak. Hampir semua elemen psikologi bisa tersentuh oleh kegiatan yang ada. Mulai dari kemampuan softskill, basic sosial, pengetahuan hingga kegiatan spiritual mampu di kemas secara ramping dalam satu wadah yang terbilang sederhana.

Dukungan pengembangan softskill bela diri sudah barangtentu menjadi parameter keberhasilan dari berjalannya kegiatan pembelajaran bela diri. Kemampuan memahami dan mengenplementasikan teknij dan jurus dalam dunia bela diri menjadi indikator keberhasilan suatu perguruan. Selanjutnya basic sosial bisa di dapatkan dalam setiap agenda yang dilakukan. Sudah sangat jelas bisa dilihat dari kegiatan rutin latihan yang dilakukan. 

Tawa, canda, serius hingga konflik yang terjadi menjadi nilai tambah bagi para amggota perguruan dengan secara tidak langsung dituntut untuk bisa saling memahami dan menyelesaikan permasalahan, tentunya dengan kebersamaan. Tak jarang pula kebutuhan pengetahuan umum dan doktrinasi keagamaan menjadi sering dihadirkan untuk menjaga intelektual dan pengetahuan keagaamaan. 

Dikarenakan kebutuhan ini menjadi faktor fundamen untuk menyempurnakan pengetahuan bela diri anak yang berdiri diatas intelektual yang agamis. Hal ini sudah banyak dibuktikan dari lulusan perguruan bela diri yang mantab dalam menjalani setiap prosesnya, mampu menjadi manusia yang nampak rendah diri dan berkhlak serta profesional dalam mengamalkan ilmunya. Kesemuanya menjadi bukti jelas bahwa pecak silat sebagai warisan budaya bangsa sudah tidak bisa di bantah lagi akan pengaruh positifnya terhadap kemajuan generasi penerus negri ini.

Jika di benturkan kepada degradasi mental yang sudah sempat dibahas di awal, bela diri menjadi salah satu opsi yang efektif untuk membentengi anak-anak dari pengaruh negatif perkembangan teknologi. Tinggal bagaimana elemen diluar itu harus mau untuk medukung penuh berbicara pengembangannya kedepan. Orang tua harus menjadi motivator jika si anak punya kemauan untuk belajar bela diri.

Bahkan jika dianggap perlu memang sangat disarankan untuk bisa di arahkan bisa belajar bela diri di luar tanggungan pengehuan agama dan pengetahuan umum. Sedangkan untuk masyarakat pun di harapkan partisipasi moral ataupun moril demi mendukung pengembangan lembaga-lembaga bela diri yang ada. Dan yang lebih memiliki pengaruh strategis yaitu pemerintah harusnya lebih bias mengambil tempat untuk memperhatikan segala macam permasalahan yang ada di tubuh lembaga-lembaga bela diri ini. 

Bukan hanya ruang-ruang lomba yang memang sudah menjadi kegiatan fomalitas dan rutin. Melainkan juga harus bisa menyentuh kepada permasalahan teknis yang terjadi di lapangan, seperti sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh setiap lembaga bela diri yang ada. Karena jika menelisik permasalahan yang terjadi dibeberapa perguruan bela diri banyak hal yang masih menjadi kendala, mulai dari alat-alat latihan yang sangat sederhana dan minim hingga permasalahan finansial untuk langkah pengenbangan, yang dalam pelaksanaanya sebagian besar memang dilakukan secara mandiri. 

Terhitung di wringin sudah ada sekitar 2 perguruan bela diri pecak silat yang sudah dan masih eksis dalam menjalankan kegitan-kegiatannya. Diantaranya adalah Perguruan Elang putih yang sudah hampir balasan tahun mengawal minat dan bakat pecak silat anak-anak wringin dan yang terbaru adalah Generasi Perguruan Silat (GPS) kancil ranting wringin yang sudah kurang lebih 3 tahun mencoba hadir mengembangkan minat bakat anak-anak didunia persilatan seperti yang sudah dilakukan Elang Putih.

Wadahnya sudah ada dengan semangat  kemauan belajar dan terus berkembang, kegiatannya pun semakin hari semakin memberikan dampak positif kepada anak-anak wringin. Tinggal bentuk dukungan harus terus mengalir sebagai langkah menjaga generasi muda melalui kegiatan bela diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun