Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Sosialistik

Pemuda penggerak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Kretek hingga Nasionalisme Sumber Daya Rawan Indonesia

16 Maret 2018   16:46 Diperbarui: 18 Maret 2018   09:07 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia dengan kekayaan alamnya sudah menjadi keniscayaan yang tidak bisa terbantahkan lagi. Dari awal sejarah negara ini ada, kekuatan terbesar yang menjadi senjata andalannya adalah sumber daya alam yang luar biasa melimpah. Slogan gemah rimpah loh jinawi, tongkat kayu jadi tanam dan masih banyak selogan semacam ini dari awal memang menjadi promasi atas gambaran dari apa yang di keluarkan oleh alam Indonesia.

Negara dengan letak geografis berada pada daerah tropis menjadikan hampir semua jenis tanaman mampu tumbuh dengan dengan subur. Garis pantai terpanjang pun mengisyaratkan bahwa laut juga menjadi harta dari negara besar ini. Belum lagi kekayaan mineral di dalam perut bumi pun tidak bisa dibanyangkan untuk bisa menjadikan indonesia sebenarnya juragan sumber daya alam untuk di pertontonkan kepada dunia.

Sejarah pernah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi negara yang mampu berswasembada di berbagai komuditas. Mulai dari gula, garam, beras, tambakau, hingga pengahasil minyak dan emas serta masih banyak lainnya. Hanya saja terlaupaunya sejarah hanya menjadi dongeng-dongeng pengantar tidur. Karena kenyataannya saat ini, semua lini di pojok sumber daya alam Indonesia di kuasai pemodal asing.

Berasalan tidak sangupnya modal materi untuk mengelola semuanya, sehingga mengundang investor yang "katanya" menjadi solusi untuk mensejahterakan rakyat indonesia. Imbas yang di terima pun bisa dilihat sampai hari ini. Pemilik yang berkuasa di tanah kaya ini, mulai dari tambang, perkebunan, hingga lautdi kuasai oleh negara lain.

Sungguh keadaan ini memberikan arti bahwa bangsa ini masih harus mengemis walaupun sudah mengantongi banyak uang dalam bentuk benda ataupun sumberdaya. Tulisan ini sebenarnyaingin memaparkan tentang kecerobohan bangsa ini terhadap 1 komuditas yang sebenarnya lahir dari rahim ibu pertiwi tercinta.

Komuditas itu adalah tembakau dan kreteknya. Pengalaman ini akan di coba untuk disangkutkan dengan komuditas yang pada hari menjadi potensi membalikkan keadaan indonesia untuk tidak masuk pada jurang yang sama, komuditas yang dimaksud adalah kelapa sawit.

Dibuka dengan sejarah tembakau dan olahnnya yang sempat membuat perhatian dunia tertuju kepada Indonesia. Munurut Pinanja dan waskito dalam bukunya yang berjudul Muslihat Kapitalis Global, menjelaskan bahwa tembakau adalah tanaman yang mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah tropis seperti di indonesia.

Hal ini terbukti sejak awal sejarah bangsa ini ada, tembakau menjadi salah satu incaran dari kolonial untuk bisa di ambil dari tanah air ini. Olahan dari tembakau yang paling menjadi sorotan adalah ditemukannya rokok kretek yang merupakan karya anak bangsa. Dalam referensi lain dari Abhisam, dkk (2011) menjelaskan sejarah rokok kretek.

Rokok kretek adalah rokok yang terbuat dari tembakau rajang yang padukan dengan rempah asli Indonesia yaitu cengkeh. Termuat dalam sejarah bahwa yang mempopulerkan pertama rokok kretek ini adalah hasil eksperimen dari Haji Djamhari dari kudus dengan obat sakit dadanya dengan ramuan temabau dan cengkeh yang di hisap asapnya.

Pengalaman ini yang menjadi awal mula produksi rokok kretek berkembang diawali dengan produk rumahan yang terus  bermetamirfosis menjadi industri besar di Indonesia hingga terkenal ke dunia. Hal ini pula yang mengawali timbulnya kecemburuan dari pemegang modal besar dunia. Sehingga menekan perkembangan industri rokok di Indonesia dengan kampanye anti-tembakau sampai masuk kepada sistem pemegang regulasi di Indonesia.

Abhisam, dkk menjutkan bahwa usaha-usaha yang dilakukan untuk menekan perkembangan potensi lokal ini dilakukan secara sistematis dan masif. Walaupun sebenarnya orang-orang yang bersangkutan tersebut juga melihat peluang besar untuk meraup keuntungan besar dari bisnis rokok di indonesia ini. Pinanja dan waskito (2012) melanjutkan pengaruh besar mulai dari permainan investasi modal, sistem pengetahuan, hingga masuk kepada regulasi bahkan memainkan gerakan keagamaan di Indonesia, memaksa untuk pemerintah secara tidak sadar terbawa oleh permaianan konspirasi kapitalis global yang pada akhirnya orang - orang asing pemegang modal besar mampu menguasai separuh bahkan lebih saham dari perusahaan - perusahaan rokok terbesar yang ada di indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun