Mohon tunggu...
Fauziah Sari Utami
Fauziah Sari Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hasil yang terbaik dan bermanfaat pada diri sendiri ataupun orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena FoMO Pada Generasi Z: Tantangan dan Solusi di Era Digital

7 Juni 2025   06:11 Diperbarui: 7 Juni 2025   06:11 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Manado Post)

Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat telah membawa arus perubahan kearah yang lebih canggih. Kemudahan dalam mengakses informasi di era digital memberikan dampak signifikan terhadap cara kita mendapatkan informasi. Generasi Z merupakan kelompok yang lahir dan tumbuh berdampingan dengan teknologi sehingga membuat mereka ahli dan aktif berkomunikasi serta berinteraksi di dunia maya terutama media sosial. Dengan kemudahan fitur-fitur yang ditawarkan di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube telah menimbulkan ketergantungan akibat rasa senang yang didapatkan saat pemakaian media sosial. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus, maka akan memicu timbulnya perasaan takut, cemas dan khawatir dari mereka jika tidak memperoleh informasi dari media sosial yang mereka gunakan. Inilah yang dikenal dengan fenomena FoMO (Fear of Missing Out). 

FoMO (Fear of Missing Out) adalah perasaan takut untuk ‘tertinggal’ karena tidak mengikuti aktivitas tertentu yang tengah terjadi di masyarakat seperti tren di media sosial, berita, dan lainnya. Perasaan ini akan memicu munculnya rasa keinginan untuk selalu up-to-date dan memastikan agar tidak melewati berita apapun. FoMO pada individu akan menimbulkan emosi yang negatif seperti mudah stres, cemas, dan insecurities.

Bagaimana tantangan adanya tren FoMO pada generasi Z di era digital?

Munculnya fenomena FoMO pada generasi Z telah menjadi permasalahan serius yang perlu kita atasi. Beberapa dampak yang diakibatkan adalah gaya konsumtif dan hedon pada diri generasi Z. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila di negara kita. Misalnya banyak generasi Z yang rela ikut-ikutan untuk membeli barang-barang KPOP Korea seperti album, photocard, baju, aksesoris, dan merchandise dengan harga yang tidak murah. Hal tersebut tentunya dapat melunturkan nilai-nilai Pancasila di negara kita, terutama pada sila ke-3 “Persatuan Indonesia” dan sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, adanya tren FoMO ini mengakibatkan rasa cinta tanah air pada budaya kita sendiri berkurang dan dapat menimbulkan gaya hidup boros yang beresiko munculnya kesenjangan sosial, padahal menjaga budaya sendiri adalah suatu kewajiban untuk memperkuat persatuan bangsa. Oleh karena itu, kita sebagai generasi Indonesia haruslah bijak dalam menyikapi adanya tren, memfilter budaya asing yang masuk ke dalam negeri dan melestarikan budaya kita sendiri.

Tak hanya itu, maraknya FoMO juga mendorong generasi Z untuk mengikuti tren fashion luar negeri demi menghindarkan dari anggapan kuno, bahkan hanya untuk pencitraan di media sosial saja. Sehingga fenomena tersebut sangat dikhawatirkan terlebih jika dibiarkan saja, karena dapat memicu adanya diskriminasi sosial pada orang lain yang tidak tertarik atau tidak mampu untuk mengikuti tren tersebut. Hal ini tentunya juga dapat melunturkan nilai Pancasila sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, dimana setiap individu yang seharusnya bisa saling menghargai dan menghormati, justru malah terkikis oleh adanya sikap diskriminasi dan tidak dihormati. Oleh karena itu, dengan semakin maraknya fenomena FoMO pada generasi Z yang dapat melunturkan nilai-nilai Pancasila, kita perlu mengatasinya sebagai upaya untuk menanamkan kembali nilai-nilai cinta tanah air, rasa bangga terhadap budaya sendiri dan toleransi.

Bagaimana solusi untuk mengatasi adanya fenomena FoMO pada generasi Z di era digital?

  • Memberikan edukasi terkait pemahaman mengatasi dampak psikologis akibat FoMO dengan penguatan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan sekolah, kampanye digital, ataupun seminar.
  • Banyak membangun koneksi sosial dengan lingkungan sekitar sebagai support system baik dari keluarga, teman, ataupun komunitas sehingga kita bisa lebih merasa aman dan puas dengan kehidupan sendiri tanpa membandingkannya dengan kehidupan orang lain
  • Mengeksplorasi hobi dan minat dengan kegiatan menarik untuk menambah pengalaman individu sebagai sarana meningkatkan nilai diri. Dengan begitu, generasi Z akan lebih sibuk untuk mengembangkan diri dan tidak mudah terdistraksi oleh tren media sosial yang memicu FoMO.
  • Meningkatkan kesadaran diri untuk bisa melakukan kegiatan sesuai apa yang kita mau, tanpa adanya pengaruh ataupun tekanan dari pihak lain yang berujung pada tren FoMO sehingga kita bisa lebih menghargai diri sendiri.

Oleh karena itu, untuk mengatasi adanya tantangan fenomena FoMO pada generasi Z ini, perlu adanya langkah-langkah kesadaran diri, dukungan sosial dan edukasi nilai-nilai Pancasila sebagai sikap bijak dalam mengelola media sosial. Meskipun tren FoMO juga memberikan dampak positif di dalam kehidupan kita terutama untuk bisa mengikuti perkembangan dan memperluas wawasan, sikap kritis dan selektif sangat diperlukan sebagai wujud untuk menciptakan generasi Indonesia yang bermoral dan cerdas dalam bermedia sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun