Perbandingan dengan Negara Lain
Untuk memahami posisi Indonesia, menarik jika dibandingkan dengan beberapa negara yang lebih berhasil menerapkan kebijakan bioetanol.
Brasil adalah contoh paling sukses. Sejak tahun 1970-an, Brasil meluncurkan program Prolcool yang mewajibkan pencampuran etanol ke dalam bensin. Kini, hampir semua bensin di Brasil mengandung 27% etanol (E27). Keberhasilan ini didukung oleh industri tebu yang kuat, insentif fiskal bagi produsen, serta kebijakan harga yang kompetitif.
Thailand juga menjadi model yang relevan bagi Indonesia karena memiliki karakter agraris serupa. Pemerintah Thailand memberlakukan program E10, E20, dan E85, disertai dengan penghapusan pajak bahan bakar nabati dan dukungan harga bagi petani singkong. Akibatnya, permintaan bioetanol di negara tersebut meningkat pesat, dan sektor pertanian mendapat dampak positif.
Dari kedua contoh itu, terlihat bahwa kunci keberhasilan terletak pada kesinambungan kebijakan, ketersediaan bahan baku, dan dukungan finansial pemerintah. Indonesia memiliki potensi yang sama, tetapi masih kekurangan aspek konsistensi dan dukungan ekonomi yang kuat.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Implementasi kebijakan bensin campur etanol tidak hanya berdampak pada sektor energi, tetapi juga memiliki efek luas pada perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat.
Secara ekonomi, penggunaan etanol lokal dapat mengurangi impor bensin, yang selama ini menjadi beban besar bagi neraca perdagangan Indonesia. Peningkatan produksi etanol juga menciptakan lapangan kerja baru, terutama di sektor pertanian dan industri pengolahan. Petani singkong dan tebu berpotensi mendapatkan pendapatan tambahan dari permintaan bahan baku bioetanol.
Dari sisi sosial, kebijakan ini mendorong pemberdayaan wilayah pedesaan, karena banyak bahan baku bioetanol berasal dari daerah-daerah luar Jawa. Jika dikelola dengan baik, kebijakan ini dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antara kota dan desa.
Namun, tantangan juga muncul, terutama terkait dengan konflik lahan dan ketersediaan pangan. Jika permintaan bahan baku etanol meningkat tanpa pengaturan yang jelas, bisa terjadi kompetisi lahan antara kebutuhan energi dan kebutuhan pangan. Oleh karena itu, kebijakan bioetanol harus mengutamakan prinsip energi berkelanjutan tanpa mengorbankan ketahanan pangan.
Upaya dan Arah Pengembangan ke Depan