Epistemologi Dalam (Psikologis–Hermeneutik)
Akuntansi juga dapat dipahami sebagai sistem pemaknaan dan komunikasi sosial. Dalam pandangan ini, laporan keuangan bukan hanya sekumpulan angka, melainkan simbol-simbol yang mencerminkan pengalaman historis, sosial, dan spiritual manusia dalam konteks ekonomi. Dengan kata lain, akuntansi menjadi sarana ekspresi nilai-nilai kemanusiaan di bidang ekonomi.
5. Integrasi Dua Epistemologi: Dari Pengukuran ke Pemahaman
Kedua epistemologi tersebut tidak seharusnya dipertentangkan. Hermeneutika justru mengajukan pendekatan integratif, di mana pengukuran eksternal (aspek kuantitatif dan teknis) harus disertai dengan pemahaman internal (aspek makna dan nilai yang dihayati pelaku).
Pengukuran keuangan hanya memiliki makna jika diinterpretasikan berdasarkan nilai-nilai dan pengalaman manusia yang melatarbelakanginya. Misalnya, laba dalam laporan keuangan bukan hanya angka hasil perhitungan, tetapi juga cerminan dari pilihan moral, kebijakan sosial, dan keputusan manusia yang sarat makna etis.
2.Ontologi Hermeneutik sebagai Ontologi Kehidupan dalam Pandangan Wilhelm Dilthey
1. Ontologi Hermeneutik: Ontologi Kehidupan
Wilhelm Dilthey menolak pandangan positivistik yang menganggap realitas sosial—termasuk akuntansi—sebagai entitas objektif yang berdiri di luar manusia dan dapat dijelaskan secara eksak seperti benda alam. Menurut Dilthey, realitas manusia tidak dapat dipahami melalui hukum kausalitas mekanistik, melainkan melalui kehidupan itu sendiri (das Leben). Karena itu, ontologi hermeneutik tidak berbicara tentang “benda” atau “entitas luar,” tetapi tentang kehidupan yang dipahami dari dalam pengalaman manusia.
Bagi Dilthey, realitas manusia adalah kehidupan itu sendiri, dan kehidupan ini tidak pernah bersifat statis. Ia terus mengekspresikan dirinya melalui simbol, bahasa, tindakan, dan lembaga sosial, termasuk sistem akuntansi. Dengan demikian, akuntansi hermeneutik tidak dipandang sebagai sekadar sistem teknis yang berdiri di luar manusia, melainkan sebagai bagian dari kehidupan bermakna yang menampakkan dirinya melalui simbol-simbol ekonomi dan ekspresi sosial.
Dalam konteks ini, ontologi akuntansi hermeneutik bukanlah ontologi benda atau hukum sebab-akibat, tetapi ontologi yang berfokus pada kehidupan yang memiliki makna—suatu kehidupan yang dihayati, ditafsirkan, dan diekspresikan manusia melalui praktik sosial, termasuk praktik pencatatan dan pelaporan keuangan.
2. Dunia Hidup (Lebenswelt) sebagai Realitas Ontologis Akuntansi