Mohon tunggu...
Fauzan Irvan
Fauzan Irvan Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa Pascasarjana Prodi Politik dan Hubungan Internasional di Timur Tengah, Universitas Indonesia

Muhammad Fauzan Irvan | Direktur Ekseksutif Progressive Democracy Watch (Prodewa) , Ketua Pembina Yayasan Pena Bakti Imdonesia dan Mahasiswa Pascasarjana Prodi Politik dan Hubungan Internasional di Timur Tengah, Universitas Indonesia | Instagram : @Fauzan_Irvan | email : fauzanirfan6@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Covid-19 dan Nasib Pendidikan Indonesia

18 Maret 2020   14:35 Diperbarui: 18 Maret 2020   15:23 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat dunia beberapa bulan ini tengah mengalami kesibukan yang relatif serupa, yaitu berjuang melawan virus yang dapat menembus batas negara walau tidak memiliki visa, virus yang dapat “menghentikan” aktivitas sosial masyarakat dan juga aktivitas ibadah ummat beragama. Virus ini telah menjalar ke semua belahan benua. Dari benua Asia, Australia, Eropa, Amerika hingga benua Afrika. Pergerakan virus yang cepat dan belum ditemukanya vaksin yang tepat membuat warga dunia panik dan dunia seakan diberikan waktu untuk istirahat dari hiruk pikuk kepadatannya.

Virus ini dinamakan Corona Virus disease 2019 atau Covid-19 oleh World Health Organization (WHO). WHO juga memutuskan COVID-19 adalah sebuah pandemi global, yaitu suatu penyakit yang menyebar keseluruh batas negara dan wilayah didunia. Virus ini sudah memakan korban 182.605 orang di 162 negara. Angka kematian untuk pandemi Covid-19 bertambah menjadi 7.171 dan pasien yang sudah dinyatakan sembuh menjadi 79.881 orang.

Covid-19 bukan hanya dapat mematikan nyawa manusia, tetapi juga dapat “mematikan” berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu pada sektor Ekonomi, pariwisata , pendidikan, dan sektor lainnya. Dari sektor ekonomi, Covid-19 diproyeksi menciptakan kerugian ekonomi di seluruh dunia mencapai hingga US$ 347 miliar atau sekitar Rp 4.962 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300 per dolar AS. Tiongkok mengalami kerugian paling besar yakni mencapai US$ 44 miliar, lalu negara berkembang Asia lainnya sebesar US$ 16 miliar, dan negara lainnya US$ 17 miliar (Agustiyanti, 2020) .

Sedangkan dalam sektor pariwisata, WTTC (World Travel & Tourism Council) telah membuat perhitungan awal bekerja sama dengan (perusahaan riset) Oxford Economics yang memperkirakan bahwa krisis akan menelan biaya sekurang-kurangnya US $22 miliar. (verdiana, 2020)

Hemat saya, selain sektor ekonomi dan parawisata, sektor lain yang berdampak sangat signifikan adalah dunia pendidikan. Covid-19 yang menggejala di Indonesia mulai “mengancam” nasib pendidikan Indonesia. Beberapa pemerintah provinsi telah mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan aktivitas di sekolah selama dua pekan, kemudian disusul oleh beberapa universitas. Kegiatan belajar-mengajar dipindahkan melalui daring (online).

Kita perlu apresiasi sikap tersebut sebagai sebuah antisipasi, namun disi lain kita harus juga memahami dan menyiapkan alternatif kebijakan bagaimana ketika pembelajaran dilakukan dengan online namun prinsip , nilai dan tujuan pendidikan tetap tercapai oleh setiap peserta didik.

IDEALNYA PENDIDIKAN
Indonesia sudah memiliki mimpi dan tujuan Pendidikan Nasional yang cukup ideal, dan ini sudah termaktub dalam UU. No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 dijelaskan mengenai tujuan pendidikan yaitu, "mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman serta juga bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, cakap, berakhlak mulia,  kreatif, mandiri dan juga menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Hal tersebut sejalan dengan definisi pendidikan yang mengatakan bahwa pendidikan itu transfer of knowledge, transfer of value and transfer of culture. Pendidikan bukan hanya transfer wawasan dari guru ke siswa saja, tetapi juga harus mampu mengirim pesan nilai moral, akhlak, adab dan sopan santun kepada peserta didik, juga harus mampu membuat peserta didik menghargai nilai-nilai budaya dan memiliki kepekaan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara sudah memiliki konsep Tri Pusat Pendidikan. Yaitu tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap siswa; keluarga, sekolah dan masyarakat. Setiap lingkungan tersebut mempunyai peran yang penting dalam pendidikan. Karena itu, tiga pusat pendidikan itu harus dikembangkan dengan baik dan secara terpadu.

Melihat realitas hari ini dengan kegiatan belajar megajar dialihkan melalui online dirumah, berarti terdapat salah satu tri pusat pendidikan yang tidak terpenuhi, yaitu sekolah. Tentu harus menanggung konsekuensi dari ini, karena belajar online dirumah tentu banyak yang tidak didapatkan ketika belajar di sekolah. Siswa tidak mendapatkan transfer of knowledge secara langsung dari guru, tidak mendapatkan transfer of value secara langsung dan juga tidak mendapatkan transfer of culture secara langsung.

BELAJAR ONLINE
Zaman hari ini memang serba canggih. Semua bisa terhubung dengan media teknologi dan internet. Dewasa ini, aktivitas keseharian kita dapat diakses secara online, mulai dari membeli makanan, memesan alat transportasi, membayar biaya pendidikan, dan sekarang efek dari Covid-19 belajar pun melalui online. Banyak aplikasi pembelajaran online seperti edulogy, edmodo ,google classroom dan jenis aplikasi lainnya. Atau yang lebih familiar dengan whatsApp Grup atau Video Call , bisa juga menggunakan email dan website sekolah.

Belajar online tidak boleh sepenuhnya pemerintah (kemendikbud) melepas begitu saja kepada sekolah dan siswa. Kemendikbud dan dinas pendidikan harus memastikan bagaimana kesiapan infrastruktur belajar online, bagaimana peran dan kemampuan setiap orang tua, juga bagaimana kemampuan ekonomis dari setiap siswa. Karena belajar online ini bukan hanya harus pandai mengoperasikan aplikasi pembelajaran tetapi juga butuh modal untuk mendapatkan akses internet atau kuota.

Dalam bab infrastruktur pembelajaran online, saya meyakini bahwa dari sekian banyak siswa yang terdampak belajar online, terdapat siswa yang belum memiliki laptop, komputer, atau bahkan hanphone android sehingga membuat siswa tidak dapat mengikuti belajar secara efektif. Adapun yang sudah memiliki infrastruktur belajar masih terdapat yang belum memahami bagaimana megoperasikan aplikasi belajarnya.
 
Dalam bab peran dan kemampuan orang tua, terdapat siswa yang memang orang tua nya memiliki aktivitas kerja yang padat, sehingga tidak dapat mendampingi kegiatan belajar mengajar anak dirumah, terutama anak jenjang Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang butuh bimbingan dan langsung dari orang tua. Adapun orang tua yang punya waktu luang, tidak semua orang tua yang memiliki pendidikan tinggi sehingga tidak dapat membimbing anak untuk menjawab soal-soal dalam belajar online yang diberikan guru.

Dalam bab kemampuan ekonomi siswa, kita paham bahwa belajar online membutuhkan biaya untuk internet dan kuota, agar kegiatan belajar dapat efektif. Namun saya meyakini bahwa masih terdapat siswa yang kesulitan untuk mendapatkan akses internet dan kuota karena kondisi ekonomi yang terbatas.

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Konsekuensi dan catatan belajar online diatas harus dapat dijawab pemerintah dengan baik dan komprehensif, agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan belajar online ini.

Pemerintah harus mengidentifikasi siswa-siswa yang memang butuh difasilitasi infrastruktur belajar online, butuh difasilitasi akses internet juga pendamping belajar online dirumah. Karena sering kali anak-anak kalau sudah dirumah fokusnya bukan lagi belajar, tetapi sibuk dengan aktivitas lain seperti bermain game online, bermain dengan teman rumah dan lainnya.

Pemerintah juga harus menyiapkan model monitoring dan evaluasi belajar siswa dirumah, agar pembelajaran di rumah dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa tersebut.

Covid-19 ini harus kita antisipasi dengan baik dan serius, tetapi kemudian jangan “menganggu” dunia pendidikan kita dan masa depan pendidikan anak-anak generasi bangsa ini. Salah urus model pendidikan maka kita akan salah mendidik generasi, karena peradaban yang besar, maju dan modern, lahir karena sistem pendidikan yang dikelola dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun