Mohon tunggu...
Fauzan Dzaky Ramadhan
Fauzan Dzaky Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa

"Bermimpi adalah langkah awal dari harapan untuk mencapai keberhasilan. Namun, mimpi tetaplah mimpi, jika tidak ada tindakan nyata."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Impian di Ujung Senja

11 Oktober 2025   16:53 Diperbarui: 11 Oktober 2025   16:53 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah kota kecil di tepi pantai Jawa Timur, tempat di mana angin laut membelai wajah dan debur ombak menjadi irama pengiring kehidupan sehari-hari. Di kota ini, matahari terbenam selalu menjadi momen sakral bagi penduduknya, termasuk Nadira seorang gadis remaja penuh mimpi.

Setiap sore, Nadira selalu duduk di bawah sebuah pohon ketapang di pinggir pantai. Dengan buku catatan kecil di tangan, ia menulis puisi dan cerita yang mengalir dari imajinasinya. Warna jingga matahari yang tenggelam seolah memberikan inspirasi tak berkesudahan.

Namun, kehidupan di kota kecil itu tidak mudah. Ibu Nadira bekerja sebagai penjual makanan kecil, berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kadang Nadira merasa bersalah bermimpi terlalu tinggi, sementara kenyataan menuntut banyak pengorbanan. Di sekolah, ia merasa kurang percaya diri karena keterbatasan fasilitas dan lingkungan yang sederhana.

Suatu hari, Pak Surya, gurunya, memberikan tugas menulis esai bertema "Impian dan Harapan." Nadira menuangkan isi hatinya, bercerita tentang mimpinya menjadi penulis yang karyanya dapat menginspirasi banyak orang dan menggugah rasa kemanusiaan. Pak Surya begitu terkesan dengan tulisannya hingga mengajaknya mengikuti lomba menulis tingkat nasional.

Maka dimulailah perjuangan Nadira. Dengan penuh semangat, ia menulis tiap malam setelah membantu ibu di rumah. Ibu Nadira selalu berpesan, "Jangan pernah takut bermimpi, Nak. Karena mimpi adalah jembatan yang akan mengantarmu ke masa depan." Dukungan itu menjadi bahan bakar semangatnya.

Di hari pengumuman lomba, meskipun Nadira tidak menjadi juara pertama, ceritanya dimuat di majalah nasional. Sungguh sebuah pencapaian besar bagi gadis kota kecil itu. Kepercayaan dirinya tumbuh. Nadira sadar bahwa perjalanan mengejar impian tidak selalu harus diukur dari kemenangan, tetapi dari keberanian untuk terus mencoba dan tidak menyerah.

Beberapa tahun kemudian, Nadira kembali ke pantai yang dulu menjadi tempatnya bermimpi. Kini ia adalah seorang penulis muda yang karyanya telah dikenal banyak orang. Di bawah sinar senja yang sama, ia tersenyum mengingat perjuangan masa lalu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun