Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Ramah, Pilar Ketahanan Bangsa: Membangun Resiliensi Sosial Sejak Dini

16 Oktober 2025   20:12 Diperbarui: 16 Oktober 2025   20:12 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kerangka Astagatra, sekolah ramah bersinggungan langsung dengan lima gatra sosial --- ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan --- yang seluruhnya bermuara pada kualitas sumber daya manusia.

  1. Ketahanan ideologi dibangun ketika sekolah menanamkan nilai-nilai Pancasila bukan sekadar hafalan, tetapi kebiasaan hidup sehari-hari: menghargai perbedaan, gotong royong, dan menjunjung keadilan.

  2. Ketahanan politik tumbuh melalui budaya dialog, partisipasi, dan kepemimpinan kolektif dalam organisasi siswa.

  3. Ketahanan sosial budaya lahir dari lingkungan yang menghargai keberagaman serta memperkuat solidaritas lintas identitas.

  4. Ketahanan ekonomi diperkuat dengan menumbuhkan etos kerja, tanggung jawab, dan kreativitas siswa.

  5. Dan ketahanan pertahanan-keamanan (Hankam) terbentuk dari rasa aman di lingkungan sekolah, karena keamanan sosial dimulai dari keamanan psikologis individu.

Dalam pandangan Ketahanan Nasional modern, hal ini sejalan dengan konsep ketahanan manusia (human resilience) --- kemampuan setiap individu untuk beradaptasi, menghadapi tekanan, dan tetap berdaya di tengah perubahan. Sekolah ramah menciptakan lingkungan belajar yang memperkuat tiga lapisan ketahanan manusia:

  • Ketahanan psikologis, melalui disiplin positif dan pembelajaran yang menghargai perasaan anak;
  • Ketahanan sosial, melalui interaksi empatik dan partisipasi kolektif;
  • Ketahanan spiritual dan moral, melalui keteladanan guru dan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Dengan demikian, sekolah ramah sejatinya adalah laboratorium Ketahanan Nasional nonmiliter. Di sana anak-anak belajar mengelola konflik tanpa kekerasan, membedakan kritik dari kebencian, dan menempatkan perbedaan sebagai kekayaan. Jika ruang ini gagal menghadirkan rasa aman dan saling percaya, maka yang rapuh bukan hanya siswa --- tetapi fondasi bangsa secara keseluruhan.

Oleh karena itu, memperkuat sekolah ramah berarti memperkuat ketahanan nasional dari akar terdalamnya: jiwa manusia Indonesia. Karena bangsa yang mampu menumbuhkan generasi yang aman di batin dan merdeka dalam berpikir, tidak memerlukan tembok tinggi untuk merasa kuat --- cukup hati yang teguh dan nilai yang hidup.

Ancaman Jika Sekolah Tidak Ramah

Bangsa yang gagal menjaga ruang belajarnya, sesungguhnya sedang menyiapkan generasi yang rapuh.
Sebab sekolah bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat menanam nilai. Ketika ruang itu justru diwarnai kekerasan, tekanan, dan diskriminasi, maka yang rusak bukan sekadar suasana belajar --- melainkan fondasi sosial bangsa itu sendiri.

Dari sudut pandang Ketahanan Nasional, sekolah yang tidak ramah adalah sumber ancaman nonmiliter yang bersifat laten namun berbahaya.
Kita sering menganggap ancaman datang dari luar --- invasi ekonomi, serangan siber, atau infiltrasi ideologi asing. Padahal, ancaman paling berbahaya justru tumbuh dari dalam: anak-anak yang kehilangan rasa percaya, kehilangan empati, dan kehilangan makna hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun