Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Ayah, Sosok yang Tak Banyak Bicara, tapi Hidupnya Selalu Mengajarkan

12 Oktober 2025   05:52 Diperbarui: 12 Oktober 2025   16:15 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam banyak keluarga, sosok ayah sering hadir seperti udara --- tidak selalu terlihat, tapi keberadaannya dirasakan. Ia mungkin tidak selalu menanyakan kabar dengan lembut, atau memeluk seperti ibu, tapi dari tatapannya saja anak-anak tahu: ada cinta yang tak banyak kata di sana.

Ayah sering digambarkan sebagai orang yang kuat, tangguh, dan tak mudah goyah. Tapi di balik semua itu, ada sisi yang jarang diperhatikan: sisi rapuh, cemas, dan penuh pertimbangan. Ia memikirkan hal-hal yang tidak ia ucapkan, menanggung kekhawatiran yang tidak ia tunjukkan, dan tetap berusaha tampak tenang agar keluarga merasa aman.

Dunia mungkin mengenal ayah sebagai "pemberi nafkah", tapi di balik itu ia juga penjaga arah, pelindung yang diam, dan guru kehidupan yang tanpa kelas. Dalam kesibukan zaman yang serba cepat, kehadirannya sering terlupakan --- padahal dari diamnya, banyak nilai disampaikan: tentang tanggung jawab, keteguhan, dan cinta yang tak menuntut balas.

Ayah tidak selalu bicara, tapi tindakannya berbicara. Dan dari sana, anak-anak belajar: bahwa cinta tak selalu harus diucapkan, cukup diwujudkan.

Ayah dan Zaman

Zaman bergerak cepat. Dunia menuntut setiap orang beradaptasi --- tak terkecuali seorang ayah. Jika dulu tugasnya sederhana, bekerja, pulang membawa rezeki, lalu beristirahat, kini peran itu tidak lagi sesederhana itu. Anak-anak tumbuh dalam dunia digital, istri ikut berkontribusi di ruang publik, dan kehidupan keluarga menuntut lebih banyak kehadiran emosional.

Ayah masa kini bukan hanya pencari nafkah, tapi juga penopang suasana di rumah. Ia dituntut bisa mendengar, mengerti, bahkan ikut memahami hal-hal yang dulu dianggap bukan "urusan laki-laki." Perannya kini melebar: dari pelindung menjadi pendamping, dari pengambil keputusan menjadi mitra berdiskusi.

Namun, perubahan ini tidak selalu mudah. Banyak ayah yang tumbuh dalam budaya lama --- di mana kelelahan harus disembunyikan, dan kelembutan dianggap kelemahan. Mereka belajar menjadi kuat, tapi sering lupa bagaimana caranya menunjukkan kasih sayang. Maka, muncul jarak yang diam-diam tumbuh antara generasi: anak ingin didengar, ayah ingin dimengerti, tapi keduanya sama-sama diam.

Di tengah tuntutan zaman yang serba cepat dan penuh tekanan, menjadi ayah berarti berjuang menjaga keseimbangan antara tanggung jawab dan kehangatan.
Ia harus kuat tanpa kehilangan empati, tegas tanpa menakutkan, dan sabar tanpa kehilangan wibawa.

Peran ayah hari ini bukan sekadar tentang bekerja --- tapi tentang hadir di dunia yang terus berubah, sambil tetap menjaga nilai yang tak lekang: kasih, keteguhan, dan ketulusan.

Keheningan Seorang Ayah

Seorang ayah jarang banyak bicara. Ia tidak pandai merangkai kalimat lembut seperti ibu, tidak selalu tahu bagaimana mengekspresikan kasih dengan pelukan, tapi caranya mencintai punya bahasa sendiri --- bahasa yang tidak diucapkan, tapi dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun