Mohon tunggu...
Pendidikan

Mirisnya Pemanfaatan Sumber Daya Indonesia oleh Negara Lain Melalui Kultur Jaringan

29 Agustus 2018   23:29 Diperbarui: 30 Agustus 2018   00:34 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sedangkan beberapa kerugian dari kultur jaringan adalah :

  • Mengurangi kesempatan kerja.
  • Dengan teknik kultur jaringan, dapat dihasilkan 200.000 bibit per tahun hanya dengan 1 orang pekerja.
  • Tingkat keberhasilan sangat tergantung pada optimalisasi genotipe, seleksi media tanam, dan penyakit atau patogen.

 Meski sudah lama diciptakan, kultur jaringan rupanya masih menjadi primadona bahkan di negara maju sekalipun. Beberapa negara maju masih mengandalkan cara ini untuk menghasilkan sumber daya. Namun rupanya, ada praktik illegal dalam pemanfaatan ini.

Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya yang beragam dan berkualitas pula. Namun agaknya, hal ini dimanfaatkan negara asing dengan sangat baik tanpa sepengetahuan orang Indonesia sendiri.

Praktik pencurian sumber daya genetik Indonesia oleh negara lain sebenarnya sudah terjadi sejak lama, namun nampaknya, belum banyak pihak yang peduli akan hal ini. Dengan perkembangan teknologi terutama dalam bidang biologi modern, Suprapedi, Ketua Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan bahwa akan semakin banyak sumber daya genetik Indonesia yang dibawa keluar negeri.

Dengan dalih melakukan penelitian terhadap sumber daya genetika Indonesia, peneliti asing menjalankan modusnya. Tanpa sepengetahuan kita, mereka membawa sampel sumber daya genetik Indonesia untuk dikembangan dan diproduksi secara komersial di negara mereka. Hal ini tentu saja melanggar bioetika.

Meski belum ada data pasti mengenai jumlah sumber daya genetik Indonesia yang berhasil 'dicuri' oleh peneliti asing, namun kita dapat melihat berapa banyak pendaftaran paten yang dilakukan pihak asing dengan menggunakan sumber daya dari Indonesia.

Menurut saya, hal ini sungguh sangat ironis. Bagaimana bisa sumber daya kita yang melimpah ruah malah dimanfaatkan oleh negara lain bahkan dimanfaatkan secara lebih baik dan skala yang lebih besar dibanding negara kita sendiri.

Mungkin saja, negara asing bahkan sudah mengembangkan varietas baru dari sumber daya genetika kita menjadi varietas yang memiliki mutu lebih baik, mengingat kultur jaringan menggunakan media berupa nutrien yang tentu saja dapat menambah mutu atau kualitas bibit yang dihasilkan.

Keterbatasan Sumber Daya Manusia agaknya menjadi salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi bahkan bertahun -- tahun lamanya. Kita hidup di Indonesia dengan banyaknya potensi sumber daya alam, sudah selayaknya memajukan perkembangan teknologi agar tidak tertinggal oleh negara lain. Dengan teknologi dan sumber daya manusia yang memadahi, kita dapat mencegah terjadinya 'pencurian' seperti ini lagi.

Dengan teknologi yang tepat, kita juga dapat memanfaatkan sumber daya kita dengan lebih maksimal sehingga perekonomian dan harkat hidup masyarakat Indonesia seharusnya dapat meningkat. Meski hanya sel yang mereka butuhkan, tapi mereka dapat mengambil untung berkali -- kali lipat. Ini sungguh tidak seimbang bagi kita, negara yang memiliki sumber daya tersebut.  Apabila dibiarkan terus menerus, mungkin perekonomian negara kita juga akan menurun.

Mengapa bisa terjadi demikian? Hal ini sangat berpengaruh pada kegiatan ekonomi eksport import negara kita. Dengan perkembangan teknologi yang dimiliki oleh negara lain, dan dengan potensi sumber daya alam kita yang mereka ambil, negara yang tadinya menjadi importir Indonesia mungkin tidak akan melakukan import sumber daya Indonesia lagi karena mereka telah berhasil mengembangkan sendiri di negara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun