kegilaanku merekah gundah
mencabik cabik sepinya malam
sempat lupa beberapa saat setelah gonggongan  anjing tetangga membuyarkanku
membangunkan kewarasan sebentar, laluÂ
kembali,Â
aku dan remang menyaksikan air mata tumpah ruahÂ
membangunkan sayap-sayap yang patah
sudah tidak mampu lagi, untukku berdiri
buat apa mencintai?
tetap, aku akan tetap membenamkan diri
dalam air mata yang abadi
aku tidak mau bangkit
mencoba mengungkit ngungkit
tidak ada berguna
barangkali tawaku sudah sirna
dan lukaku semakin mengangaÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!