Malam itu, pukul hampir jam 12 malam. Jalan desa sudah terlihat sangat sepi, hanya ada suara jangkrik yang bersahutan. Raka pulang dari rumah temannya dengan motor bututnya.
Sejak kecil ia sering diingatkan, "Jangan pernah bersiul malam-malam. Itu pamali, bisa mengundang yang tak kasat mata." Tapi Raka selalu menganggapnya cuma mitos kampung.
Iseng, ia mulai bersiul lagu yang sedang viral. Nadanya melengking, memecah keheningan malam, menghilangkan rasa takutnya.
Awalnya biasa saja. Tapi beberapa detik kemudian, terdengar siulan lain sama persis, mengulang nada yang ia buat.
Raka berhenti bersiul. Jalanan tetap sepi. Ia menoleh ke kanan-kiri, tidak ada siapa-siapa.
Untuk memastikan, ia kembali bersiul... pelan.
Dan lagi-lagi, suara itu membalas, kali ini lebih jelas, seakan berasal dari balik pepohonan di pinggir jalan.
Bulu kuduknya meremang. Raka mencoba mempercepat laju motornya. Tapi suara siulan itu tidak hilang, justru semakin dekat, seperti berada tepat di belakang telinganya.
Dengan gemetar ia menoleh ke spion.
Di sana, ia melihat seorang wanita berambut panjang duduk membonceng, wajah pucatnya tersenyum... sambil bersiul nada yang sama.
Raka hampir saja jatuh dari motornya. Nafasnya terengah, jantungnya berdetak kencang. Di spion jelas ada sosok wanita berambut panjang duduk di belakangnya, wajah pucat tersenyum sambil bersiul... tapi saat ia menoleh langsung, jok belakang kosong.
Tangannya gemetar memegang stang. Jalan menuju rumah masih jauh, melewati sawah gelap dan jembatan kecil yang terkenal angker.
"Tenang, Rak... cuma halusinasi. Cuma halusinasi," ia berusaha menenangkan diri. Tapi keringat dingin terus mengucur di pelipisnya.