Komunikasi terapeutik merupakan bentuk komunikasi yang direncanakan secara sadar dan difokuskan untuk membantu proses penyembuhan pasien. Komunikasi ini menjadi jembatan antara tenaga medis dan pasien dalam menyampaikan maupun menerima informasi, baik secara verbal maupun nonverbal. Tujuan utamanya adalah membangun hubungan yang mendukung proses perawatan, baik secara fisik maupun psikologis. Melalui komunikasi terapeutik, tenaga medis dapat membantu pasien mengungkapkan perasaan, memahami masalah yang dihadapi, dan bersama-sama mengevaluasi tindakan yang telah diberikan. Di sisi lain, komunikasi yang baik juga mampu mencegah timbulnya reaksi negatif terhadap pertahanan diri pasien, terutama dalam konteks pencegahan masalah kesehatan yang lebih serius. Karena itu, hubungan saling percaya antara tenaga medis dan pasien menjadi fondasi penting dalam pelayanan kesehatan yang efektif dan bermakna.
Sebagai mahasiswa dari Program Studi Kedokteran FIKKIA Universitas Airlangga, saya bersama rekan-rekan mendapatkan kesempatan untuk melihat secara langsung bagaimana proses pelayanan kesehatan berjalan di Puskesmas Tegalsari, yang berlokasi di Bulurejo, Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam kegiatan ini, kami mengamati beberapa klaster layanan, salah satunya adalah klaster dewasa dan lansia. Pada klaster ini, terdapat seorang pasien yang awalnya enggan untuk segera dirujuk ke rumah sakit. Untuk mengatasi hal ini, tenaga kesehatan melakukan pendekatan edukatif menggunakan bahasa daerah agar pesan lebih mudah diterima. Setelah proses edukasi, pasien akhirnya dipertimbangkan untuk dibantu melalui pendekatan keluarga, yaitu dengan memanggil kakaknya agar turut diberi pemahaman. Saya sempat bertanya mengenai langkah apa yang dilakukan jika pasien tetap bersikeras menolak dirujuk. Dijelaskan bahwa dalam kasus seperti itu, biasanya dilakukan pendekatan dari hati ke hati, menggali alasan di balik penolakan, lalu menyampaikan risiko-risiko medis secara perlahan dan empatik.
Selain itu, kami juga mengamati klaster pelayanan KB dan calon pengantin (catin). Di sini dilakukan pemeriksaan catin serta pemberian layanan KB seperti suntik dan edukasi metode kontrasepsi. Salah satu kendala yang ditemukan adalah adanya catin yang tidak mau mengakui bahwa dirinya tengah hamil. Namun hal tersebut dapat diantisipasi karena puskesmas telah terintegrasi dengan bidan wilayah, sehingga data pemeriksaan calon pengantin dapat terpantau dan risiko malpraktik dapat dihindari. Layanan KB di puskesmas ini sepenuhnya gratis. Meski demikian, untuk tindakan seperti vasektomi atau tubektomi, pasien tetap dirujuk ke rumah sakit. Sebelum menentukan pilihan metode kontrasepsi, pasien terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode yang tersedia.
Pada bagian farmasi, sistem pelayanan cukup terorganisir dengan baik. Resep pasien langsung tercantum dalam rekam medis digital melalui aplikasi yang digunakan oleh puskesmas. Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di puskesmas, maka pasien akan diarahkan untuk mencari di luar, namun tetap dengan informasi yang jelas.
Dari hasil observasi ini, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik memegang peran penting dalam efektivitas pelayanan kesehatan, terutama di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas. Pendekatan yang manusiawi, penggunaan bahasa yang akrab bagi pasien, integrasi layanan dengan tenaga kesehatan lain, serta pemanfaatan teknologi dalam sistem informasi medis menjadi poin kekuatan yang mendukung kualitas pelayanan di Puskesmas Tegalsari. Pengalaman ini memberikan banyak pelajaran bagi kami sebagai mahasiswa kedokteran untuk memahami bahwa pelayanan kesehatan tidak hanya soal tindakan medis, tetapi juga soal bagaimana kita mampu menjalin komunikasi dan kepercayaan dengan pasien secara utuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI