Mohon tunggu...
Fatmasari
Fatmasari Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pemimpi dari Kampung

Instagram : @fatmafama10 . Wattpad : heningrindu . NovelMe : Hening Rindu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketika Semesta Mulai Bercanda (Part 3)

8 Juni 2020   15:50 Diperbarui: 8 Juni 2020   20:13 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

3

Kau adalah pemilik rumahnya dan aku hanyalah tamu. Dan apakah bisa aku terus bertahan singgah sebab perjamuan yang kauberi?
_Aurum

Tahu cerita tentang sepasang beringin di depan Keraton Yogyakarta? Di sanalah Aurum dan Aska kini berada. Berjalan bersama memutari beringin itu dengan tawa dan binar mata yang bahagia, serta sesekali mengambil gambar diri mereka. Menggoda pengunjung lain yang tengah mencoba peruntungannya dengan memutari sepasang beringin dalam keadaan mata ditutup kain hitam. Kenapa orang-orang itu percaya kepada cerita yang tidak masuk akal?

"Aurum, nyoba kayak orang itu, yuk?"
"Aku nggak mau."
"Kamu cukup berdiri diam di titik awal aku mulai memutar, biar aku memutari sepasang beringin itu." Aska menggelandang tangan kekasihnya. 

Katanya, dia mau nunjukin bahwa dia mampu menaklukan sepasang beringin tua itu dan menemukan Aurum di titik awal. Dia begitu yakin bahwa takdirnya bersama Aurum akan mampu merentangkan tali gaib yang akan memberinya kemudahan untuk kembali pada gadis itu dalam perputarannya.

Tubuh Aska diputar-putar oleh orang yang menyewakan kain hitam penutup mata---tentunya mata laki-laki ini telah ditutup dengan kain hitam---dan mulai berjalan pelan. Sekelebat bayang menari-nari, tentang sepasang beringin tua, tentang kain hitam penutup mata, dan tentang mitos itu.


"Jika banyak pasangan berputar dengan cara seperti itu," ucap laki-laki yang tidak begitu tampan itu sembari menunjuk pada seorang laki-laki yang bersiap untuk memutari sepasang beringin tua itu dan seorang wanita---yang diyakininya sebagai kekasih sang laki-laki---berdiri diam di titik awal perjalanan laki-laki itu, "maka kita ciptakan aturan berbeda," sambungnya.

"Seperti?" Aurum selalu penasaran pada apapun yang menjadi jalan pikiran laki-laki itu. Instingnya yang tajam selalu lumpuh dihadapan laki-laki itu. Dia orang yang sulit. Pikirnya selalu unik. Dia adalah satu-satunya sosok paling rumit, yang tidak mampu dilerai oleh Aurum tentang bagaimana isi dalam hatinya.

"Kita sama-sama berputar."
"Hah?"
"Iya, nanti kita jalan dari titik yang sama tetapi menuju arah berlainan. Dan jika sampai di tengah-tengah kedua beringin tua itu kita dapat bertemu, maka dapat kupastikan kamu adalah rumah tinggal menetapku sampai semestaku berakhir."
"Kenapa harus berdua muternya? Itu menyalahi mitos yang dipercaya."
"Aurum, jika kita ingin membuktikan apakah benar kesejatian cinta yang kita miliki, maka kita harus sama-sama mencari pembuktian itu. Cinta kita ada pada dua jiwa, jiwaku dan jiwamu, maka untuk mampu mewujudkan kesejatian darinya, aku dan kamu harus bertemu pada sebuah titik yang telah diciptakan sang takdir."

"Apa bedanya? Kan pada akhirnya akan sama-sama bertemu pada sebuah titik?" Aurum terus menyangkal, dia merasa senang mendengar kalimat demi kalimat yang dituturkan laki-laki itu.

"Hubungan akan kuat jika kedua manusianya sama-sama berjuang, Aurum. Aku hanya mau tahu, apa kamu bisa atau tidak berjalan menemuanku dalam keadaan mata tertutup. Karena jika aku yang melakukannya, sudah pasti aku akan sampai padamu dengan mudah," ucapnya yang sangat menggelembungkan kebahagiaan hati Aurum, "takdir telah melukiskan kebersamaan kita di langit sana, dengan aku yang menjelma malam dan kamu berupa rembulan. Aku selalu menemukanmu untuk tetap menjaga keindahan pada kegelapan."

Takjub. Aurum hanya mampu menatap dalam-dalam mata tajam dengan iris kecokelatan milik laki-laki itu. Kalimat yang diucapkan laki-laki itu tak ubahnya mantra sihir yang mampu membuat gadis itu terhanyut. Mematung dengan tatapan berbinar-binar dan bibir tersenyum lebar.

Alangkah beruntungnya dia bisa dicintai oleh laki-laki itu. Laki-laki yang selalu mampu memandang dunia dengan sangat indah dan menciptakan keindahan pula pada semesta Aurum yang jauh sebelum itu sangat sunyi tak berpenghuni.

Mereka pun menyewa dua lembar kain hitam dan meminta penyewanya untuk memasangkannya. Lalu, orang itu pun menghadapkan tubuh Aurum dan tubuh laki-laki itu ke arah yang berlawanan. Mereka mulai berjalan meninggalkan satu sama lain. Semakin jauh dan dengan ritme yang tenang kaki-kaki mereka begitu mantap menjejak tanah. Seakan tidak ada kesulitan berjalan tanpa melihat arah. 

Seperti itukah yang namanya panggilan takdir? Seperti yang dirasai oleh Marah Hamli---dalam novel "Memang Jodoh" tulisan Marah Rusli---yang membuatnya hampir seperti orang gila mencari-cari panggilan jodohnya?  

Sehingga mata bukanlah menjadi satu-satunya penunjuk arah? Tetapi batinlah yang melihat dan menuntun langkah-langkah mantap menuju titik yang telah disediakan takdir untuknya dan untuk laki-laki itu? Yang pasti, kini kedua manusia itu telah berdiri berhadap-hadapan pada titik yang tepat, di antara dua beringin kembar yang telah tua. 

Membuka penutup mata dan keduanya tersenyum dengan begitu lebar. Entah bagaimana itu bisa terjadi, kebetulankah? Atau memang itu benar tuntunan dari sang takdir? Orang yang menyewakan kain saja ikut terdiam, memandang tak percaya pada sejoli itu. Tak habis pikir pada langkah-langkah tenang nan mantap mereka. 

Sekaligus waktu yang singkat untuk pertemuan mereka di seberang titik awal mereka mulai memutar. Sangat cepat dan sangat tepat. Dengan kaki kiri mereka sama-sama berhenti, berhadap-hadapan, dan membuka kain penutup mata pun bersama-sama. Bukankah itu terlihat seperti kebetulan yang luar biasa?

"Kok bisa?" Bahkan Aurum tidak bisa mempercayai apa yang terjadi. Bagaimana bisa sangat tepat? Apa ini artinya dia dan laki-laki itu memang ditakdirkan bertemu pada satu titik untuk mempersatukan jiwa mereka, demi hidupnya kesejatian cinta yang dimiliki? Seperti yang telah diucapkan laki-lakinya dengan senyum lebar di hadapannya sebelum mereka sepakat untuk berputar mengitari pohon beringin kembar? Sulit dipercaya, tetapi itu sangat nyata dan benar adanya.

"Aku sudah menduga akan sesempurna ini takdir menuntun kita." Dengan sangat tenang dan yakin, laki-laki itu berkata, "Aku  adalah malam dan kamu adalah bulan. Takdir kita memang selalu bersama. Karena aku, sang malam, tidak akan pernah kehilangan rembulan yang menyediakan cahaya temaramannya." Dipeluknya Aurum dengan begitu erat.

"Mbak, maaf." Orang yang menyewakan kain pada Aska menegur Aurum. Gadis itupun terhenyak. Pikirnya sadar. Jiwanya kembali berdiri di tempat raganya  mematung sedari tadi.

"Iya, Pak. Kenapa?" tanyanya.

"Itu Masnya dari tadi muter nggak nyampek-nyampek, kasihan, Mbak. Mending disuruh udahan aja." Bapak itu benar, Aska masih belum bisa sampai di titik awal dia mulai berjalan memutari beringi kembar. Sekarang dia masih berada di depan salah satu beringin itu dan terlihat sekali bahwa dia kesulitan mencari arah mana yang akan dia ambil untuk melangkah melanjutkan kehendaknya.

"Aska!!!" teriak Aurum memecah ramainya keadaan di sana, "udah buka aja penutup matanya." Gadis ini sudah lelah berdiri dan ingin pulang ke penginapan. Raganya mungkin masih bisa bertahan lebih lama lagi, tetapi jiwanya tidak. 

Tempat ini dan Aska yang berusaha mengitari beringin kembar membuat jiwanya melemah, teringat pada kisah lalu yang membuatnya takjub. Yang membuatnya mempercayai takdir yang sudah begitu baik. Dan tertampar pula, sebab semua itu telah usai. Cerita pada lembar itu telah menemui akhir. Sudah tamat dan tidak mungkin diputar kembali pada semestanya yang kini.

bersambung ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun