Perkembangan ilmu pengetahuan dalam sejarah Islam tidak bisa dilepaskan dari peran besar Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah dan agen transformasi sosial. Di tengah kondisi masyarakat Arab Jahiliyah yang identik dengan kebodohan, pertumpahan darah, dan nilai-nilai materialistik, Nabi SAW hadir membawa perubahan fundamental. Tidak hanya dalam bidang spiritual dan moral, tetapi juga dalam meletakkan fondasi peradaban ilmiah yang kokoh. Dalam konteks ini, ilmu bukan sekadar aktivitas intelektual, tetapi bagian integral dari ibadah dan pencerahan jiwa.
Artikel ini mencoba mengulas secara mendalam bagaimana ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang pada masa kenabian Muhammad SAW, dari wahyu pertama hingga wafatnya beliau, dengan melihat berbagai aspek: wahyu sebagai sumber ilmu, dorongan terhadap literasi, tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan awal, dan sikap Nabi terhadap ilmu dan para pencari ilmu.
Kondisi Awal: Masyarakat Arab Sebelum Islam
Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab mengalami apa yang disebut sebagai zaman jahiliyah. Istilah ini bukan semata-mata merujuk pada ketiadaan pengetahuan, tetapi lebih kepada ketiadaan nilai dan petunjuk ilahi. Dalam Al-Qur'an, kata jahiliyah memiliki konotasi yang sangat luas: kebodohan spiritual, penyembahan berhala, ketidakadilan sosial, serta keterbelakangan intelektual (QS. Al-Ahzab: 33, Al-Fath: 26).
Meskipun demikian, masyarakat Arab bukan sepenuhnya buta huruf. Ada segelintir orang yang melek aksara dan mengenal syair sebagai bentuk ekspresi intelektual. Namun, bentuk ilmu mereka belum terorganisir secara sistemik. Belum ada tradisi pencatatan dan dokumentasi yang kuat. Ilmu tidak berkembang dalam bentuk institusional.
Wahyu Pertama: Gerbang Revolusi Intelektual
Segalanya berubah ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira:
> "Iqra' bismi Rabbika alladzi khalaq..."
(Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan...)
(QS. Al-'Alaq: 1)
Ayat ini bukan hanya perintah untuk membaca secara literal, tetapi mengandung pesan transformasional: membaca sebagai jalan pembebasan, membaca sebagai tangga menuju ilmu, dan membaca sebagai bentuk hubungan manusia dengan Tuhan melalui perenungan ciptaan-Nya.