Mohon tunggu...
Fatin Aulia H.
Fatin Aulia H. Mohon Tunggu... Mahasiswi/S1/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang Mahasiswi/Jurusan Manajemen dakwah/Fakultas Dakwah Dan Ilmu komunikasi/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. dengan ketertarikan mendalam pada Motivasi dan kreativitas dan mempunya hobi yaitu di bidang olahraga, traveling dan memasak. Melalui tulisan, saya berbagi perspektif, wawasan, dan pengalaman untuk memantik diskusi serta memperluas wawasan pembaca. Saya percaya bahwa berbagi ilmu adalah langkah kecil menuju perubahan besar. Dan saya juga berharap semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat untuk pembaca. Barakallahu fiikum.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Fondasi Dakwah Terhadap Prinsip-Prinsip Filsafat Dakwah untuk Era Modern

4 Oktober 2025   18:05 Diperbarui: 4 Oktober 2025   17:59 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dakwah, sebagai salah satu pilar utama dalam islam, bukan sekadar penyampaian pesan agama. ia adalah sebuah proses komunikasi yang terstruktur, memiliki tujuan mulia, dan berlandaskan pada pemikiran filosofis yang mendalam. Di tengah dinamika globalisasi dan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, memahami prinsip-prinsip filsafat dakwah menjadi semakin krusial. Hal ini memastikan dakwah tetap relevan, efektif, dan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan sosial dan budaya.

Filsafat dakwah mengajak kita untuk menyelami hakikat, tujuan, metode, serta nilai-nilai yang mendasari setiap aktivitas dakwah. Dengan pemahaman ini, para dai dan akademisi dapat merancang strategi dakwah yang tidak hanya menyentuh aspek rasional, tetapi juga emosional dan spiritual umat. Mari kita telaah lebih lanjut prinsip-prinsip dasar yang membentuk fondasi dakwah yang kokoh.

Prinsip-Prinsip Dasar dalam Dakwah

1. Prinsip Universalitas

  • Cakupan Luas: Dakwah islam ditujukan untuk seluruh umat manusia, melampaui batasan budaya, etnis atau geografis.Islam membawa ajaran dasar yang berlaku sepanjang masa dan di setiap tempat.
  • Fleksibilitas Ajaran: Ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW bersifat elastis, akomodatif, dan fleksibel, memungkinkannya beradaptasi dengan perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan manusia.
  • Nilai Universal: Islam mengandung nilai-nilai universal seperti tauhid, etika, moral, keadilan sosial, perdamaian, pendidikan, etos kerja, dan kepedulian lingkungan.

2. Prinsip Pembebasan (Liberation)

  • Kebebasan Dai: Para dai harus bebas dari teror, kekurangan materi yang dapat merusak citra, dan harus yakin akan kebeneran yang disampaikannya.
  • Tanpa Paksaan: Dakwah tidak boleh bersifat memaksa,mengintimidasi, atau meneror. Kebebasan beragama adalah hak asasi manusia.
  • Membebaskan dari Perbudayakan: Inti dari prinsip tauhid adalah membebaskan menusia dari penghambaan kepada makhluk, hanya kepada Allah SWT. ini berarti setiap individu harus diperlakukan secara layak, dihormati hak-haknya, dan tidak diperbudak oleh sesama manusia.

3. Prinsip Rasionalitas

  • Pendekatan Ilmiah: Di era ilmu pengetahuan dan teknologi, dakwah harus menggunakan pendekatan rasional yang sesuai engan kebutuhan mad'u (objek dakwah).
  • Pengembangan Wawasan: Dakwah tidak hanya berorientasi pada kesemarakan, tetapi juga pada pendalaman dan pengembangan wawasan, mendorong pemikiran, perdebatan, dan argumentasi.
  • Kesadaran Beralasan: Tujuan dakwah adalah mencapai kepasrahan yang beralasan, bebas, dan sadar dari objek dakwah, dimana akal dan hati tidak saling mengabaikan.

4. Prinsip Kearifan

  • Pendekatan Budaya: Dakwah harus mempertimbangkan kearifan budaya setempat agar tidak menyinggung atau memaksa orang lain menerima gagasan.
  • Sikap Bijakan: Kearifan adalah hasil renungan mendalam yang teraktualisasi dalam cara-cara mempengaruhi orang lain berdasarkan pertimbangan psiko sosiokultural mad'u.
  • Fleksibilitas dan Keuletan: Dai harus mampu menyesuaikan diri, bersikap luwes, dan proaktif terhadap perkembangan ligkungan, serta mencari titik temu ditengah perbedaan.
  • Kritik Dalil Bijak: Penting untuk memaknai dalil Al-Qur'an dan hadis secara bijak, bahkan mengkritisi hadis yang berpotensi merendahkan derajat manusia (misalnya perempuan) jika sanad atau matannya tidak kuat.

5. Prinsip-Penegakan Etika

  • Etika Qur'ani: Dakwah harus berlandaskan prinsip moral dan etika yang diturunkan dari Al-Qur'an dan Sunnah, terutama dalam dakwah antarbudaya.
  • Penerapan Etika:
  • Kasih Sayang (Rahmah): Menyebarkan kasih sayang dan persaudaraan sesama manusia, tidak mengejek perbedaan, melainkan mencari titik temu.
  • Kelembutan Hati (Layyinah): Berprilaku lemah lembut, memperhatikan kelayakan, kepatutan, dan keserasian dalam interaksi.
  • Saling Memaafkan: Memproporsikan perilaku yang bertentangan dengan kebiasaan dalam posisi manusiawi untuk menciptakan suasana saling mengerti.
  • Pedoman Dakwah Antarbudaya (Abd. Rohim Ghazali):
  • Menafikan unsur kebencian.
  • Bertutur kata santun, tidak menyinggung perasaan atau menyindir keyakinan lain.
  • Dilakukan secara persuasif, bukan memaksa.
  • Tidak menjelek-jelekkan agama atau budaya lain, sebaliknya menghormati perbedaan.

6. Prinsip Kesetaraan (Equality)

  • Saling Menghormati: Dakwah yang produktif mengedapankan kesetaraan dan saling menghormati dalam segala dimensi kehidupan.
  • Akses Setara: Kesetaraan dalam meraih kesuksesan, mengakses pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya bagi semua elemen masyarakat, tanpa memandang jenis kelamin.
  • Pemberdayaan: Menjadi pilar utama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperkuat pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak.
  • Hak Laki-Laki dan Perempuan: Islam sangat berkomitmen terhadap kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam pendidikan, karir, dan partisipasi di ruang publik.

7. Prinsip Kesholehan Sosial

  • Amal sholeh: Dakwah produktif tercermin dari pencapaian amal sholeh dari seluruh elemen masyarakat.
  • Kepedulian Sosial: Keimanan harus diimbangi dengan kepedulian kepada sesama manusia, peningkatan kepekaan sosial, dedikasi sosial, dan kesadaran terhadap isu-isu sosial dan global.

Tiga Pilar Utama Filsafat Dakwah: Kebenaran, Keadilan dan Kesejahteraan

Selain prinsip-prinsip di atas, filsafat dakwah juga berlandaskan pada tiga pilar utama:

1. Kebenaran (al-Haqq):

  • Dakwah harus bersumber dari wahyu Allah dan nilai-nilai universal.
  • Penyampaian pesan tidak boleh dimanipulasi untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
  • Kebenaran adalah pedoman agar pesan tetap murni dan shahih.

2. Keadilan (al-'Adl):

  • Dakwah wajib memperlakukan semua pihak secara adil, tidak diskriminatif, dan menghargai perbdaan.
  • Mengakui hak masyarakat untuk menerima dakwah secara bijak dan proporsional.
  • Mendorong dai untuk mengkritisi ketidakadilan sosial dengan pendekatan santun.

3. Kesejahteraan (al-Maslahah/al-Falah):

  • Tujuan dakwah tidak hanya menyampaikan pesan agama, tetapi juga mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin.
  • Dakwah harus memberi dampak positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.
  • Mengarah pada pembangunan manusia seutuhnya: spiritual, moral, sosial, dan ekonomi.

Integrasi dengan Teori Keilmuan Dakwah

Untuk mencapai efektivitas, prinsp-prinsip filsafat dakwah ini perlu diintegrasikan dengan teori-teori keilmuan dakwah, seperti teori komunikasi, psikologi, dan sosiologi. Hal ini akan menghasilkan metode dakwah yang ilmiah, akurat, partisipatif, inklusif, dan berorientasi pada pemberdayaan masyrakat. Dengan demikian, dakwah bukan hanya sekedar ceramah, melaimkan sebuah transformasi sosial yang sistematis.

Komentar Pribadi:

Membaca kembali prinsip-prinsip filsafat dakwah ini, saya merasa ada kedalaman yang luar biasa dalam setiap poinnya. Ini bukan sekedar daftar aturan, melainkan sebuah peta jalan yang komprehensif bagi siapa pun yang ingin berkontribusi dalam menyebarkan kebaikan. Terutama di zaman sekarang, di mana informasi begitu mudah tersebar dan seringkali memicu perpecahan, prinsip kearifan dan penegakan etika menjadi sangat relevan. Bagaimana kita bisa menyampaikan kebenaran tanpa melukai, bagimana kita bisa mengajak pada kebaikan tanpa memaksa, dan bagaimana kita bisa menghargai perbedaan tanpa kehilangan identitas.

Prinsip kesetaraan juga sangat menyentuh. Seringkali, dalam praktik dakwah, kita masih menemukan bias atau diskriminasi, terutama terhadap perempuan. Padahal, islam sendiri telah mengajarkan kesetaraan hak yang fundamental. Ini adalah pengingat bagi kita semua, bahwa dakwah harus menjadi agen pembebasan dan pemberdayaan, bukan sebaliknya.

Secara keseluruhan , filsafat dakwah ini memberikan landasan yang kuat untuk memastikan bahwa setiap upaya dakwah tidak hanya bernilai normatif, tetapi juga aplikatif dan transformatif. Ini adalah panggilan untuk para dai dan kita semua, untu menjadi duta kebaikan yang bijaksana, adil, dan membawa kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun