Mohon tunggu...
fatimah meldayani harahap
fatimah meldayani harahap Mohon Tunggu... mahasiswa

Saya adalah seorang introvert yang menemukan kenyamanan dalam keheningan dan kekuatan dalam kata-kata. Menulis bukan hanya hobi, tapi juga cara saya mengekspresikan pemikiran dan menjelajahi dunia batin yang penuh makna. Topik favorit saya adalah psikologi, karena saya percaya memahami diri sendiri dan orang lain adalah kunci untuk tumbuh dan terhubung secara lebih autentik. Sebagai pribadi yang lebih senang mendengar daripada berbicara, saya menghargai keaslian, kedalaman, dan percakapan yang bermakna. Menjadi pendiam bukan berarti tidak bersuara — saya hanya lebih memilih menyalurkannya lewat tulisan yang bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Anak autis perlu diet khusus? Yuk, cari tahu!

25 Mei 2025   08:35 Diperbarui: 12 Juni 2025   15:23 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: the autism therapy group

Oleh: Fatimah Meldayani Harahap 

Dosen: Darwin Harahap,S.Sos.I.,M.Pd.I.

Buat para orangtua yang punya anak dengan autism, pasti sering dengar saran: " coba deh anaknya diet, siapa tahu bisa lebih tenang." Atau, " kurangi gulanya, biar nanti nggak terlalu hiperaktif." Tapi benarkah anak autis memang perlu diet khusus? Dan diet seperti apa yang sebenarnya bisa membantu?

Yuk kita bahas bareng-bareng!

Sebelum kepada pembahasan kita ulik sedikit, apasih autis itu?

Jadi, secara umum autis ataupun autisme adalah gangguan perkembangan (neurolog) kompleks yang sudah tampak pada usia tiga tahun, yang disebabkan oleh kerusakan pada otak sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan interaksi dua arah, timbal-balik dan perkembangan perilaku.

Secara garis besar, autis adalah gangguan perkembangan, khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.

Nah, sekarang kita masuk kepada kenapa diet jadi perhatian untuk anak autis?

Diketahui pada penderita autisme terdapat gangguan pencernaan yang disebut leaky gut syndrome. Hal ini menyebabkan proses pencernaan menjadi tidak sempurna karena adanya gangguan produksi enzim pencernaan sehingga mengakibatkan protein-protein kompleks, yaitu gluten dan kasein, tidak dapat tercerna sempurna dan berubah menjadi peptida. Peptida tersebut masuk ke dalam darah dan dapat meracuni otak karena dapat berfungsi sebagai false transmitter yang berikatan dengan reseptor opioid dan memberikan efek terganggunya fungsi otak (persepsi, kognisi, emosi dan perilaku) sama seperti efek morfin. Makanya, beberapa orangtua mencoba mengatur pola makan anak supaya gejalanya nggak makin parah. Salah satu diet yang sering dicoba yaitu

Diet bebas gluten & kasein (GF/CF)

Para ahli sepakat, penyandang autis sebaiknya berdiet gluten dan kasein yang dikenal diet GF/CF (gluten free casein free). Selain diyakini dapat memperbaiki gangguan pencernaan, juga bisa mengurangi gejala atau tingkah laku autistik anak. Meski sama-sama keluarga protein, gluten dan kasein berbeda. Gluten adalah protein yang berasal dari keluarga gandum-ganduman, semisal terigu, wheat, oat, dan barley, sementara kasein berasal dari susu sapi. Yang jelas, kedua jenis protein ini sulit dicerna.

Diet GF/CF sebenarnya merupakan terapi penunjang yang tidak dapat bersifat langsung menyembuhkan autisme, namun diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan. Setiap anak autis memiliki derajat autisme yang berbeda, sehingga penerapan terapi diet GF/CF ini bersifat individual dan tidak bisa diseragamkan. Namun, beberapa penelitian mengatakan bahwa terdapat pengaruh diet bebas gluten dan kasein terhadap perkembangan anak autis.

Haruskah langsung coba?

Nggak perlu buru-buru. Sebelum coba-coba diet, konsultasikan dulu ke dokter atau ahli gizi anak. Tujuannya supaya anak tetap dapat gizi lengkap dan nggak makin rewel karena makanan favoritnya hilang semua.

KESIMPULAN

Diet bisa membantu sebagian anak autis,tapi tidak berlaku universal. Diet bukan obat ajaib untuk autism, tapi kalau diterapkan dengan benar, bisa membantu anak merasa lebih baik dan mendukung tumbuh kembangnya.

Referensi: 

Leo martin, 2012, Financial Planning for Autis Child, Jogjakarta: Katahati

Dewanti, Machfud, 2014,Pengaruh Diet Bebas Gluten dan Kasein terhadap Perkembangan Anak Autis , Vol.6

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun