Mohon tunggu...
Fatimah Dasrum
Fatimah Dasrum Mohon Tunggu... Guru - PNS

Kata Sayidina Ali, kekasih Fatimah, Kesabaran itu ada dua, sabar atas sesuatu yang kauingin dan sabar atas sesuatu yang tidak kauingikan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Gina Pujiastuti, Aku Seorang Lesbi (6)

25 Maret 2019   01:05 Diperbarui: 25 Maret 2019   01:11 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Namaku Gina Pujiastuti, Aku Seorang Lesbi (6)
Oleh: Fatimah Dasrum

Malam Minggu , Alun-Alun Kota Batu makin meriah and kinclong. Aku hampir ketinggalan informasi tetangnya jika saja, aku tak berada di sini sekarang. Para pedagang kaki lima yang biasa melingkar di seputaran taman itu telah ditertibkan.

Entahlah, aku harus berkata apa terhadap nasib para pedagang itu. Sebab keterlambatan mengatasi masalah, makin menimbulkan masalah. Namun, takada masalah yang takbisa diatasi bukan? Minta tolong pada Sang Pemberi Rizki kukira lebih adem di hati.

Dulu sewaktu Dewi masih ada aku sering menginjakkan kaki di sini. Sambil menikmati singkong keju Mbak Tiwi Kadu yang terkenal itu. Gurih dan punel. Terkadang kami pesan susu jahe hangat di KUD tak jauh dari situ. Nikmat ranya meminumnya di taman yang asri di jantung Kota Batu ini. Kota ini, memang surganya pariwisata. Semua kesenangan tersedia.

Di tangan Sang Wali Kota Edy Rumpoko, perkembangan pariwisata begitu pesat, melesat. Namun, tetap saja ada efek yang tidak sedikit yang menyertanya. Selain makin macet jalanan, yang dari Kota Batu menuju Malang saja kadang bisa butuh waktu sampai empat jam, itu melebihi perjalanan ke Surabaya bukan? Belum lagi persoalan mental generasi yang harus mendapat perhatian ekstra.
Di mana pun , takpernah ada seorang pemimpin yang sempurna. Kalau mereka punya kelebihan, pasti tetap ada kekurangan.
Pukul sembilan belas, aku sampai di Malang setelah urusanku di Batu usai. Sedikit penat sih, tapi teringat catatan Dewi, segala letihku hilang.
Baiklah, kita baca yuk, Catatan Dewi Tirtasani ke sebelas.

Masih ingat kan, waktu itu Dewi jatuh cintrong pada dosen temannya, dan ternyata...
"Jatuh cintrongnya sih, gk masalah, tp doi udah punya bini juga anak, ahh, runyam nggak ?"
Begitu teriak Dewi
Loo...., jadi si Amar Abdalah itu sudah beristri...oh, my God! Lalu bagaimana Dew,
Dewi melanjutkan ceritanya,
Di kampus. Langit cerah, waktu itu aku jalan di sebelahnya menuju ruang O2. Tiba-tiba saja dia ambil ponselku. Kontan aku terkejut.
"Sory pinjam bentar!" katanya
Duh, enak aja, dia tu memang sering membuatku terkejut. Lalu dia ketik nomor hp-nya di situ.
Selanjutnya, bisa dipastikan, WA-nya tiap kali berdenting, Awalnya dia kirim lagu Enji "Dia" yang lagi hit itu...trus dia rekam suaranya sendiri
Menirukan lagu itu,
"Oh Tuhan, kucinta dia, ...dst."

Hanya satu bait sih, tapi sudah sanggup memenuhi seluruh ruang di sekujurku.
Aku sendiri tidak mengerti, sosok yang tampak angkuh, cuek, bisa seromantis itu. Lebih parahnya, aku bisa jatuh padanya. Laah, cinta...oo...cinta...
Hari-hari berikutnya, ya sudah, yang ada di pikiran ini, mulai bangun tidur sampai tidur lagi, ya cuma ada dia, si Amar Abdallah.,
Dia nih, entahlah bisa disebut seperti apa , pernah suatu saat di cafe kampus, aku sedang bergurau dengan Samsul temanku. Dia tu duduk di sudut dengan secangkir kopi hitam dan rokok di tangan.Namun, sorot matanya terus menatapku. Duh, sorot mata cemburu dia kirim padaku.

"Gina, aku sengaja ceritakan dulu kisah cintaku ini sebelum lebih detil kuberi tahu apa hubungannya dengan perilaku lesbimu." jelas Dewi Tirtasani.
Amar Abdalah, nama itu mulai terus mengganggu hari-hariku...Awalnya, aku heran. Orang ini, katanya suka. Namun,selalu membuatku sakit hati berkali-kali.
....
Laah....sambung lagi deh... Maaf, ada tamu nih

Batu, (11.11)

Maret, 2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun