Mohon tunggu...
Fatima Azahra
Fatima Azahra Mohon Tunggu... Universitas Esa Unggul

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Keteladanan dari Para Elit Politik dan Maraknya Gaya Hidup Hedonistik di dalam Masyarakat

22 Januari 2025   09:46 Diperbarui: 22 Januari 2025   10:18 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Disusun Oleh:

1. Raihani Mufida (5)

2. Jelita Anggun Pramudyanti (8)

 3. Rizma Melati (16) 

4. Nur Atika Fajrin (17) 

5. Safira Putri Adinda (20) 

6. Fatima Azahra (21) 

7. Masarani Eka Pratiwi (23) 

8. Nasya Nabiha Susanto (27)


Dosen Pengampu:

Yuliati S.Kp., M.Kep., MM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL 

KAMPUS BEKASI KHI 002

2025 


Abstrak

Penelitian ini membahas hubungan antara krisis keteladanan elit politik dan perkembangan gaya hidup hedonistik di masyarakat Indonesia. Krisis keteladanan yang ditunjukkan oleh elit politik, yang ditandai dengan kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan perilaku tidak etis, telah menyebabkan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan sistem demokrasi. Selain itu, gaya hidup mewah yang dipamerkan oleh elit politik, terutama melalui media sosial, telah memicu masyarakat untuk mengadopsi perilaku hedonistik yang lebih mementingkan kesenangan dan materialisme. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dampak dari fenomena tersebut terhadap nilai-nilai sosial dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki hubungan antara elit politik dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan langkah-langkah konkret, seperti pendidikan karakter, pengawasan ketat, dan penguatan nilai budaya lokal, untuk mengatasi krisis keteladanan dan mengurangi pengaruh gaya hidup hedonistik dalam masyarakat.

 Kata Kunci: Krisis Keteladanan, Elit Politik, Gaya Hidup Hedonistik.

Abstract

This study examines the relationship between the crisis of exemplarity among political elites and the development of a hedonistic lifestyle in Indonesian society. The crisis of exemplarity demonstrated by political elites, characterized by cases of corruption, abuse of power, and unethical behavior, has led to a decline in public trust in the government and the democratic system. Furthermore, the luxurious lifestyles showcased by political elites, particularly through social media, have prompted society to adopt hedonistic behaviors that prioritize pleasure and materialism. This research aims to understand the impact of these phenomena on social values and provide recommendations for improving the relationship between political elites and society. The findings indicate that concrete measures are needed, such as character education, strict oversight, and the strengthening of local cultural values, to address the crisis of exemplarity and reduce the influence of hedonistic lifestyles in society. 

Keywords: Crisis of Exemplarity, Political Elite, Hedonistic Lifestyle

BAB I 

PENDAHULUAN


 1.1 Latar Belakang 

Saat ini, banyak orang mulai kehilangan kepercayaan kepada pemimpin atau elit politik di Indonesia (Dharma, 2023). Elit politik adalah kelompok yang memiliki pengaruh signifikan dalam proses pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan yang berdampak luas pada masyarakat. Elit politik didefinisikan sebagai sekelompok kecil orang yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk memengaruhi proses politik dan kehidupan masyarakat (Dharma, 2023). Hal ini disebabkan oleh berbagai masalah, seperti kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan sikap tidak baik yang mereka tunjukkan. Seorang peneliti (Wijaya, 2023), mengatakan bahwa perilaku buruk elit politik bisa membuat moral masyarakat ikut menurun.

Pemimpin seharusnya menjadi panutan bagi rakyat, namun banyak terjadinya krisis keteladanan saat ini. Krisis keteladanan adalah fenomena dimana pemimpin yang seharusnya menjadi panutan justru menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan norma dan harapan masyarakat. Krisis keteladanan terjadi ketika ada kesenjangan yang besar antara ekspektasi masyarakat terhadap pemimpin dengan realitas perilaku mereka (Nabila, 2022). 

Namun, krisis keteladanan dari elit politik ini menyebabkan banyak orang tidak percaya lagi pada pemerintah dan sistem demokrasi. Penyalahgunaan hak berdemokrasi oleh elit politik tidak hanya merusak kepercayaan publik, tetapi juga menciptakan ketidakpuasan yang mendalam di kalangan masyarakat, yang berujung pada penurunan moral kolektif (Harahap, M., & Nadya, R, 2023). Masalah ini semakin diperparah dengan berbagai gaya hidup mewah yang dipamerkan oleh para elit politik, baik di dunia nyata maupun media sosial .

Gaya hidup hedonistik adalah pola hidup yang menjadikan kepuasan pribadi dan kesenangan materi sebagai tujuan utama. Fenomena hedonisme di kalangan masyarakat urban Indonesia semakin meningkat, di mana kesenangan dan kemewahan menjadi prioritas utama, sering kali dipicu oleh pengaruh dari elit politik (Dewi, 2023). Krisis keteladanan adalah fenomena dimana pemimpin yang seharusnya menjadi panutan justru menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan norma dan harapan masyarakat. Krisis keteladanan terjadi ketika ada kesenjangan yang besar antara ekspektasi masyarakat terhadap pemimpin dengan realitas perilaku mereka (Nabila, 2022). 

Perilaku hedonistik para elit politik ternyata ikut memengaruhi masyarakat. Misalnya, apa yang dilakukan oleh elit politik di media sosial sering dianggap sebagai contoh gaya hidup yang ideal. Akibatnya, masyarakat cenderung mengikuti perilaku yang sama.

Perkembangan media sosial membuat budaya hedonisme ini semakin mudah tersebar (Sulistyowati, 2021). Akibatnya, transformasi nilai sosial di era digital menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisional mulai tergeser oleh gaya hidup yang lebih mementingkan kesenangan dan materialisme (Nabila, 2022).

1.2 Tujuan Penelitian

 1.2.1 Tujuan Umum 

Mempelajari hubungan antara krisis keteladanan elit politik dan perkembangan gaya hidup hedonistik di masyarakat Indonesia saat ini. 

1.2.2 Tujuan Khusus

 1. Mengidentifikasi alasan terjadinya krisis keteladanan di kalangan elit politik.

 2. Mengidentifikasi dampak dari krisis keteladanan elit politik terhadap perilku masyarakat.

 3. Mengidentifikasi bagaimana gaya hidup hedonistik berkembang di masyarakat.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk Penulis

Mencakup penambahan wawasan tentang masalah sosial-politik di Indonesia, yang memperkaya pemahaman mereka terhadap konteks yang lebih luas. Selain itu, proses penulisan juga melatih kemampuan analisis dalam memahami fenomena sosial, sehingga penulis dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian, penulis dapat menghasilkan ide-ide kreatif untuk menyelesaikan masalah yang ada, memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.  

2. Manfaat untuk Institusi Pendidikan 

Meliputi penyediaan bahan referensi yang berguna untuk belajar tentang hubungan antara perilaku pemimpin dan masyarakat. Selain itu, hal ini juga mendorong penelitian lebih lanjut dalam bidang sosial-politik, sehingga dapat memperdalam pemahaman di area tersebut. Di samping itu, informasi yang diperoleh akan menambah wawasan tentang masalah sosial di era modern, membantu siswa dan pengajar untuk lebih memahami dinamika yang terjadi di masyarakat. 

3. Manfaat untuk Masyarakat 

Mencakup peningkatan kesadaran dan sikap kritis terhadap perilaku pemimpin, sehingga masyarakat dapat lebih memahami tanggung jawab pemimpin mereka. Selain itu, informasi yang disampaikan juga memberikan pemahaman tentang dampak buruk gaya hidup hedonistik, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan nilai-nilai sosial. Dengan demikian, masyarakat didorong untuk lebih aktif dalam mengawasi pemimpin, berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan berkontribusi pada perubahan yang positif di lingkungan mereka.

BAB II 

TINJAUAN TEORI

 2.1 Elit Politik 

Elit politik adalah kelompok yang memiliki pengaruh signifikan dalam proses pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan yang berdampak luas pada masyarakat. Elit politik didefinisikan sebagai sekelompok kecil orang yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk mempengaruhi proses politik dan kehidupan masyarakat (Dharma, 2023). Di Indonesia, elit politik tidak hanya terbatas pada pejabat pemerintahan, tetapi juga mencakup tokoh partai politik, pengusaha yang terlibat dalam dunia politik, serta figur publik yang memiliki pengaruh besar terhadap dinamika politik. 

Elit politik di era digital memiliki beberapa karakteristik yang memperkuat peran mereka dalam masyarakat. Salah satu karakteristik utama adalah kekuasaan dan akses terhadap sumber daya ekonomi yang besar. Dengan sumber daya ini, elit politik dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari kebijakan publik hingga pengembangan infrastruktur. Akses terhadap sumber daya ekonomi juga memungkinkan mereka untuk membangun jaringan yang luas, yang pada gilirannya memperkuat posisi dan kekuasaan mereka dalam arena politik.

Elit politik di era digital memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini publik secara efektif, terutama melalui platform media sosial. Media sosial menjadi alat yang sangat powerful bagi mereka untuk menyampaikan pesan, membangun citra, dan merespons isu-isu yang berkembang di masyarakat. Dengan memanfaatkan platform ini, elit politik dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan membentuk narasi yang sesuai dengan kepentingan mereka. Terakhir, mereka juga berperan aktif dalam pengambilan keputusan strategis yang berdampak pada kebijakan publik. Keputusan-keputusan ini tidak hanya mempengaruhi arah pembangunan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan prioritas yang diusung oleh elit politik, sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Memahami dinamika politik dan peran elit politik adalah sangat penting untuk mendukung perkembangan demokrasi di negara ini, karena penyalahgunaan elit politik berpotensi mengakibatkan dampak serius pada masyarakat (Harahap, M., & Nadya, R, 2023). Elit politik memainkan peran penting dalam membentuk nilai dan norma sosial di masyarakat. 

Hal ini dikarenakan masyarakat sering memandang perilaku mereka sebagai teladan. Namun, jika elit politik menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan norma etika dan moral, masyarakat cenderung meniru perilaku tersebut, yang pada akhirnya merusak tatanan sosial.

2.2 Krisis Keteladanan

Krisis keteladanan adalah fenomena dimana pemimpin yang seharusnya menjadi panutan justru menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan norma dan harapan masyarakat. Krisis keteladanan terjadi ketika ada kesenjangan yang besar antara ekspektasi masyarakat terhadap pemimpin dengan realitas perilaku mereka (Nabila, 2022). 

Krisis keteladanan dalam kepemimpinan dapat diindikasikan melalui beberapa faktor yang saling terkait, di antaranya adalah ketidakkonsistenan antara ucapan dan tindakan pemimpin, di mana pemimpin sering kali tidak menjalankan apa yang mereka sampaikan kepada publik. Penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu juga menjadi tanda jelas dari krisis ini, menciptakan ketidakadilan dan merusak kepercayaan masyarakat. Serta perilaku yang melanggar etika sosial, hukum, atau moral mencerminkan rendahnya integritas pemimpin, yang dapat mengakibatkan dampak negatif bagi masyarakat. Kurangnya tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pemimpin menunjukkan bahwa mereka tidak siap untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan kebijakan yang diambil, sehingga semakin memperburuk situasi dan menambah ketidakpuasan di kalangan rakyat.

Krisis keteladanan ini dapat menciptakan efek domino di masyarakat. Ketika pemimpin tidak menunjukkan integritas, masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap institusi dan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi.

2.3 Gaya Hidup Hedonistik

Gaya hidup hedonistik adalah pola hidup yang menjadikan kepuasan pribadi dan kesenangan materi sebagai tujuan utama. Hedonisme modern sebagai cara hidup yang berpusat pada konsumsi barang-barang mewah dan mengejar kesenangan instan (Dewi, 2023). 

Indah (2022) Mengidentifikasikan ciri-ciri sikap hedonisme di masyarakat modern, yaitu: 

1. Pencarian Kesenangan dan Kenikmatan Masyarakat dengan sikap hedonisme cenderung memiliki kecenderungan untuk mencari kesenangan dan kenikmatan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam hiburan, konsumsi mewah, liburan, atau kegiatan sosial yang memberikan kepuasan segera. 

2. Prioritas pada Kepuasan Pribadi Masyarakat yang memiliki sikap hedonism sering kali menempatkan kepuasan pribadi sebagai prioritas utama dalam pengambilan keputusan dan perilaku mereka. Mereka mungkin cenderung menghindari atau menunda tanggung jawab atau tugas yang tidak langsung memberikan kepuasan pribadi. 

3. Minim Rasa Tanggung Jawab Sosial Masyarakat dengan sikap hedonisme mungkin kurang peduli dengan tanggung jawab sosial dan lebih fokus pada kepuasan pribadi. Mereka mungkin enggan atau malas terlibat dalam kegiatan sosial, pekerjaan sukarela, atau kontribusi yang membutuhkan pengorbanan. 

Fenomena ini menjadi lebih mencolok dengan adanya media sosial, di mana individu, termasuk elit politik, sering memamerkan kemewahan yang mendorong masyarakat untuk meniru gaya hidup tersebut. 

2.4 Hubungan antara Elit Politik, Krisis Keteladanan, dan Gaya Hidup Hedonistik 

Ketiga konsep ini memiliki keterkaitan yang erat dan saling mempengaruhi. Perilaku elit politik yang memamerkan gaya hidup mewah dapat memberikan pengaruh buruk pada masyarakat (Sulistyowati, 2023). Ketika pemimpin menunjukkan gaya hidup hedonistik secara terbuka, masyarakat menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang normal dan pantas ditiru (Sulistyowati, 2023). 

Hubungan antara elit politik dan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa poin yang menggambarkan dampak perilaku elit terhadap norma dan nilai sosial. Elit politik yang kerap memamerkan kemewahan cenderung menciptakan standar sosial baru yang mendorong masyarakat untuk mengejar kesenangan material. Ketika pemimpin menunjukkan gaya hidup yang berlebihan dan konsumtif, masyarakat merasa terdorong untuk mengikuti jejak tersebut, sehingga menggeser fokus dari nilai-nilai yang lebih substansial menuju pencarian kesenangan yang bersifat sementara. Krisis keteladanan semakin memperparah situasi ini, karena masyarakat kehilangan figur pemimpin yang dapat dijadikan panutan dalam menjalani hidup yang sederhana dan bermoral. Tanpa adanya teladan yang baik, masyarakat menjadi lebih rentan terhadap pengaruh negatif yang dapat merusak integritas dan nilai-nilai yang telah ada. 

Lebih jauh lagi, nilai-nilai tradisional dan kesederhanaan dalam masyarakat secara perlahan terkikis akibat pengaruh gaya hidup hedonistik yang dipromosikan oleh elit politik. Gaya hidup yang berorientasi pada kesenangan dan konsumsi berlebihan ini mengubah cara pandang masyarakat terhadap apa yang dianggap penting dalam hidup, sehingga mengabaikan nilai-nilai yang lebih mendalam seperti solidaritas, tanggung jawab sosial, dan kesederhanaan. Media sosial juga berperan penting dalam memperkuat pengaruh elit politik terhadap masyarakat, terutama dalam membentuk opini tentang gaya hidup dan norma sosial. Melalui platform ini, pesan-pesan yang berkaitan dengan kemewahan dan kesenangan dapat dengan cepat menyebar dan diterima oleh masyarakat, menciptakan tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan standar yang ditetapkan oleh elit. Dengan demikian, hubungan antara elit politik dan masyarakat tidak hanya mencerminkan dinamika kekuasaan, tetapi juga berpengaruh besar terhadap perubahan nilai dan perilaku sosial yang terjadi di masyarakat. 

Dengan hubungan yang erat ini, diperlukan upaya bersama untuk mengembalikan peran elit politik sebagai teladan yang baik dan mengurangi dampak buruk dari gaya hidup hedonistik yang meluas di masyarakat.

BAB III 

PEMBAHASAN

 3.1 Krisis Keteladanan Elit Politik 

Akar Permasalahan dan Dampaknya 

Masalah keteladanan di kalangan elit politik Indonesia semakin terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Elit politik seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat dalam hal sikap, tindakan, dan kebijakan yang diambil. Namun, realitas menunjukkan bahwa banyak elit politik di Indonesia justru memperlihatkan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika. Kondisi ini menciptakan krisis keteladanan, di mana pemimpin yang seharusnya menjadi contoh justru memberikan teladan yang buruk. Ada peningkatan hingga 45% dalam kasus pelanggaran etika oleh elit politik selama tahun 2020-2023 (Wijaya, 2023). Hal ini membuat masyarakat kecewa dan kehilangan kepercayaan terhadap pemimpin mereka.

Beberapa masalah utama yang menunjukkan krisis keteladanan ini yaitu, perilaku korupsi. Korupsi adalah salah satu masalah terbesar yang melibatkan banyak elit politik. Banyak pemimpin yang menyalahgunakan uang negara untuk kepentingan pribadi. Korupsi tidak hanya merugikan negara secara keuangan, tetapi juga memberikan contoh buruk bagi masyarakat. Ketika pemimpin melakukan korupsi, masyarakat bisa menganggap hal ini biasa saja dan mulai meniru (Hamson, 2024) . Akibatnya, dana yang seharusnya digunakan untuk kepentingan umum, seperti pendidikan atau kesehatan, malah hilang begitu saja. 

Ucapan dan Tindakan yang Tidak Sesuai. Banyak pemimpin politik sering kali berkata sesuatu tetapi tidak melakukannya. Hal ini membuat masyarakat merasa kecewa. Bahwa sekitar 67% pemimpin politik tidak menepati janji-janji merekam (Hamson, 2024). Contohnya, Janji politik yang tidak ditepati: Saat kampanye, banyak pemimpin berjanji untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat, tetapi setelah terpilih mereka justru lupa dengan janji-janji itu. Kebijakan yang tidak sesuai dengan kampanye: Beberapa kebijakan yang dibuat lebih menguntungkan kelompok tertentu, bukan masyarakat umum. Perilaku pribadi yang tidak sesuai ucapan: Misalnya, pemimpin yang meminta masyarakat hidup sederhana, tetapi mereka sendiri memamerkan kemewahan. Ketidaksesuaian ini membuat masyarakat semakin sulit percaya pada pemimpin politik.  

Penyalahgunaan Kekuasaan. Banyak elit politik yang menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Nepotisme (mengutamakan keluarga) dan kronisme (mengutamakan teman) masih sering terjadi di pemerintahan (Syafii, 2023). Contohnya, ada pemimpin yang memberikan jabatan penting kepada kerabatnya, meskipun mereka tidak memiliki kemampuan yang memadai. Hal ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin berkurang. 

Kepentingan Pribadi atau Kelompok. Politisi yang lebih mementingkan kepentingan pribadi, kelompok politik, atau donatur daripada kepentingan rakyat cenderung mengabaikan tanggung jawab mereka sebagai pemimpin yang seharusnya melayani masyarakat. Dalam banyak kasus, ambisi kekuasaan dan keinginan untuk mempertahankan posisi atau mendapatkan dukungan finansial dari pihak tertentu dapat mengikis komitmen mereka terhadap pelayanan publik yang seharusnya menjadi prioritas utama. Ketika politisi terjebak dalam kepentingan pribadi atau kelompok, mereka sering kali membuat keputusan yang tidak mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, sehingga merugikan rakyat dan menciptakan ketidakpercayaan terhadap institusi politik.

Kurangnya Akuntabilitas. Jika tidak ada mekanisme yang kuat untuk mengawasi dan meminta pertanggungjawaban politisi, seperti sistem hukum yang lemah atau Lembaga pengawas yang tidak independen, politisi mungkin merasa bebas bertindak tanpa konsekuensi, sehingga mengabaikan keteladanan. 

Krisis keteladanan semakin diperburuk oleh perilaku elit politik yang menunjukkan kehidupan mewah di tengah kondisi masyarakat yang masih banyak menghadapi kesulitan ekonomi. Gaya hidup mereka sering kali tidak mencerminkan kesederhanaan atau kepedulian terhadap rakyat, melainkan lebih menonjolkan status sosial dan kekayaan.

3.1.2 Hidup Hedonistik

Gaya Hidup Mewah dan Dampaknya

Gaya hidup hedonistik, yaitu cara hidup yang lebih mementingkan kesenangan dan kemewahan. Salah satu penyebab maraknya gaya hidup hedonistik adalah pengaruh media sosial. Hal ini menciptakan tekanan sosial bagi masyarakat untuk mengikuti tren tersebut, meskipun terkadang hal ini dilakukan dengan mengorbankan kebutuhan yang lebih penting.

Ciri-Ciri yang Menunjukan Gaya Hidup Hedonistik

1. Kebiasaan Berbelanja Berlebihan Masyarakat semakin sering membeli barang-barang mewah yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Beberapa orang bahkan menggunakan media sosial untuk memamerkan gaya hidup mereka. Banyak orang yang lebih mementingkan penampilan dan status sosial dibandingkan hal-hal yang lebih penting, seperti pendidikan atau kesehatan.

 2. Pergeseran Nilai Hidup Nilai-nilai sederhana dan kebersamaan mulai tergantikan oleh nilai-nilai yang lebih mementingkan diri sendiri (Nabila, 2022). Contohnya: Orang-orang tidak lagi menghargai kesederhanaan seperti dulu. Kepedulian terhadap sesama semakin berkurang. Masyarakat menjadi lebih individualis dan hanya peduli pada keuntungan pribadi. 

3. Pengaruh Media Sosial Media sosial memainkan peran besar dalam menyebarkan gaya hidup hedonis. Media sosial membuat gaya hidup mewah terlihat normal dan memberikan tekanan sosial kepada orang lain untuk ikut-ikutan. Akibatnya, banyak orang yang terjebak dalam perlombaan untuk menunjukkan kehidupan yang terlihat mewah, meskipun kenyataannya tidak seperti itu.

Pergeseran Nilai-Nilai Masyarakat Akibat Hedonisme 

Gaya hidup hedonistik juga menyebabkan pergeseran nilai di masyarakat. Dulu, nilai-nilai seperti kesederhanaan, kebersamaan, dan gotong royong sangat dihargai. Namun, sekarang banyak orang lebih mementingkan penampilan dan status sosial daripada hal-hal yang lebih bermakna. Akibatnya, masyarakat menjadi lebih individualis dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitar.  

3.1.3 Hubungan antara Krisis Keteladanan dan Hedonisme 

Krisis keteladanan elit politik dan gaya hidup hedonistik saling berkaitan erat. Perilaku elit politik yang sering memamerkan kemewahan dan menunjukkan kurangnya tanggung jawab moral menjadi salah satu penyebab utama maraknya gaya hidup hedonistik di masyarakat. Ketika elit politik terlihat hidup mewah dengan fasilitas yang berlebihan, masyarakat cenderung meniru perilaku tersebut. Mereka menganggap bahwa kemewahan adalah simbol kesuksesan dan kekuasaan. Akibatnya, gaya hidup hedonistik menjadi normalisasi baru yang dianggap wajar. 

Pengaruh Elit Politik terhadap Penyebaran Hedonisme di Masyarakat

 Hubungan antara perilaku elit politik dan masyarakat sebagai sebuah siklus yang sulit dihentikan (Sulistyowati, 2023). Ketika pemimpin politik menunjukkan gaya hidup mewah, masyarakat cenderung menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang normal dan mulai mengikuti perilaku tersebut, seperti membeli barang-barang mewah atau hidup konsumtif. Fenomena ini menciptakan sebuah norma baru di mana kesenangan material menjadi prioritas, dan masyarakat merasa terdorong untuk menyesuaikan diri dengan standar yang ditetapkan oleh elit. 

Dampak dari Gaya Hidup Hedonisme 

Dampak dari fenomena ini sangat besar, di antaranya adalah hilangnya nilai-nilai tradisional seperti kesederhanaan dan kebersamaan, yang merupakan fondasi penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Ketika masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemimpin mereka, hal ini menciptakan jurang yang lebih dalam antara elit dan rakyat, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan partisipasi publik dalam proses demokrasi. Perilaku konsumtif dan egois semakin meluas, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan nilai-nilai moral dalam masyarakat, sehingga menciptakan lingkungan sosial yang kurang sehat.

Faktor dan Keterkaitan Antara Perilaku Elit dan Gaya Hidup Hedonisme 

Beberapa faktor memperburuk situasi ini, seperti media yang sering memberitakan kehidupan mewah para pemimpin, sehingga masyarakat ikut tergoda untuk meniru gaya hidup tersebut (Widodo, 2022). Media berperan sebagai penguat norma-norma baru ini, di mana berita tentang kemewahan dan kesuksesan elit politik menjadi sorotan utama, sementara isu-isu yang lebih substansial seringkali terabaikan. Selain itu, kurangnya hukuman bagi pemimpin yang melanggar etika atau aturan, serta sistem politik yang tidak tegas terhadap pelanggaran oleh para pemimpin, semakin memperparah keadaan (Widodo, 2022). 

Akibat dari dua masalah ini adalah meningkatnya kesenjangan antara orang kaya dan miskin, yang menciptakan ketidakadilan sosial yang semakin mendalam (Dharma, 2023). Solidaritas dan persatuan masyarakat melemah, karena individu lebih fokus pada kepentingan pribadi daripada kepentingan kolektif. Juga, fokus pembangunan masyarakat bergeser dari hal-hal penting seperti pendidikan dan kesehatan ke hal-hal yang kurang bermanfaat, yang dapat menghambat kemajuan sosial dan ekonomi (Dharma, 2023).

Memperbaiki situasi ini bukanlah hal yang mudah, karena ada pihak-pihak yang tidak ingin masalah ini diperbaiki karena mereka mendapat keuntungan dari situasi tersebut. Masalah ini sangat kompleks dan melibatkan banyak pihak, serta kurangnya kebijakan atau aturan yang efektif untuk mengatasi kedua masalah ini, sehingga menciptakan tantangan besar bagi upaya reformasi dan perbaikan dalam masyarakat. 

Kombinasi antara krisis keteladanan dan gaya hidup hedonistik menciptakan siklus yang sulit dihentikan. Di satu sisi, perilaku elit politik menjadi contoh buruk bagi masyarakat. Di sisi lain, masyarakat yang semakin terbiasa dengan gaya hidup hedonistik memperparah tekanan sosial untuk terus mengejar kemewahan tanpa memikirkan dampak jangka panjang.

Cara Mengatasi Keterkaitan Antara Perilaku Elit dan Gaya Hidup Hedonisme 

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah nyata dari berbagai pihak. Elit politik harus mulai menunjukkan kesederhanaan, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap masyarakat. Selain itu, pendidikan karakter di kalangan masyarakat perlu ditingkatkan untuk mengembalikan nilai-nilai moral yang positif, seperti kesederhanaan dan solidaritas. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan krisis keteladanan dan gaya hidup hedonistik dapat diminimalkan.

Dengan memahami hubungan antara krisis keteladanan dan gaya hidup hedonistik, diharapkan masyarakat dan pemimpin dapat bekerja sama untuk menciptakan perubahan yang lebih baik.

BAB IV

PENUTUP 

4.1 Simpulan

 Dari pembahasan yang sudah dilakukan, ada beberapa kesimpulan penting yang bisa diambil. Ada hubungan erat antara krisis keteladanan elit politik dan meningkatnya gaya hidup hedonistik di masyarakat Indonesia. Perilaku para pemimpin politik yang tidak menjadi teladan seringkali membuat masyarakat menganggap gaya hidup mewah sebagai hal yang wajar. Krisis keteladanan di kalangan elit politik disebabkan oleh lemahnya sistem politik, kurang tegasnya penegakan hukum, dominasi kepentingan pribadi, dan pengaruh kapitalisme. Hal ini berdampak pada berkurangnya kepercayaan masyarakat, menurunnya moralitas, dan melemahnya solidaritas sosial. 

Sementara itu, gaya hidup hedonistik terus berkembang dengan ciri meningkatnya konsumsi barang mewah, pergeseran nilai ke materialisme, dan pengaruh media sosial. Kondisi ini memperlebar kesenjangan sosial dan memperburuk stabilitas masyarakat. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pengawasan ketat, hukuman tegas, pendidikan karakter, penguatan nilai budaya lokal, dan partisipasi masyarakat dalam mengawasi perilaku pemimpin.  

4.2 Saran 

Untuk penulis, disarankan untuk mencari informasi lebih dalam mengenai krisis keteladanan elit politik, sehingga dapat memahami konteks dan dinamika yang lebih luas. Melakukan penelitian baru yang lebih fokus pada masalah tertentu juga penting untuk mendapatkan data yang lebih spesifik dan relevan. Dan, penulis sebaiknya ikut serta dalam diskusi tentang pentingnya etika dan moral dalam politik, guna memperluas wawasan dan perspektif mengenai isu ini. 

Untuk institusi pendidikan, penting untuk menambahkan pelajaran yang menekankan pentingnya etika dan politik yang bersih dalam kurikulum. Dukungan terhadap penelitian mengenai perubahan nilai dalam masyarakat juga perlu ditingkatkan, agar dapat memahami dampak dari perilaku elit politik terhadap masyarakat. Serta, membuat program yang mengajarkan siswa tentang pentingnya karakter baik akan membantu membentuk generasi yang lebih sadar akan tanggung jawab sosial dan etika. 

Untuk masyarakat, disarankan untuk memperbanyak pengetahuan tentang politik dan perilaku pemimpin, sehingga dapat lebih kritis dalam menilai tindakan elit politik. Masyarakat juga perlu aktif mengawasi dan memberikan kritik yang membangun kepada pemimpin, agar mereka lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka. Selain itu, menjaga nilai-nilai tradisional seperti kesederhanaan dan gotong royong sangat penting untuk memperkuat solidaritas sosial. Masyarakat dapat membentuk gerakan sosial yang mendorong gaya hidup sederhana dan tidak berlebihan, sebagai upaya untuk melawan pengaruh gaya hidup hedonistik yang merugikan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan sosial yang lebih sehat dan bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA 

Dewi, R. (2023). "Analisis Fenomena Hedonisme dalam Masyarakat Urban Indonesia." Jurnal Sosiologi Reflektif, 15(2), 45-62.

Dharma, S. (2023). "Krisis Moral Elite Politik: Implikasi terhadap Demokrasi Indonesia.", 12(1), 78-95. 

Hamson, Z. (2024). “Krisis Keteladanan dalam Kepemimpinan Politik Indonesia.” Makalah Informal Meeting Ma’REFAT Institute.

Harahap, M., & Nadya, R. (2023). “Akar dan dampak Penyalahgunaan Hak Berdemokrasi.” Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Indah, I. (2022). “Dampak Heedonisme terhadap Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Mahasiswa Indonesia.” Jurnal Universitas Sebelas Maret.

Nabila, F. (2022). "Transformasi Nilai Sosial di Era Digital." Jurnal Sosial Budaya, 18(3), 112-129. 

Sulistyowati, R. (2023). "Dampak Media Digital terhadap Perilaku Konsumtif." Jurnal Komunikasi dan Masyarakat, 17(1), 23-40.

 Syafii, A. (2023). "Elite Politik di Era Digital: Tantangan dan Adaptasi." Jurnal Politika, 15(3), 67-84. 

Widodo, B. (2022). "Keteladanan Politik dan Partisipasi Publik." Jurnal Ilmu Politik Indonesia, 14(2), 45-62. 

Wijaya, H. (2023). "Krisis Moral dalam Kepemimpinan Politik Indonesia." Jurnal Politik dan Pemerintahan, 16(1), 90-107.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun