"Ilmuwan top seperti Einstein hingga Francis Collins (eks direktur NIH) mengakui peran agama."
Meningkatnya penggunaan media sosial di kalangan remaja memicu kekhawatiran serius mengenai dampaknya terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak muda. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan media sosial secara berlebihan atau tidak sehat cenderung memiliki tingkat kesejahteraan mental dan sosial yang lebih rendah. Mereka juga lebih berisiko dalam hal penggunaan zat terlarang dibandingkan dengan pengguna media sosial yang sehat maupun mereka yang jarang menggunakannya. (WHO, 2024)
Apakah Agama masih relevan?
Di tengah pesatnya perkembangan sains, teknologi, dan arus individualisme, muncul pertanyaan yang tak bisa dihindari "Apakah agama masih relevan untuk manusia modern?"
Jawaban singkatnya: ya, dan justru semakin dibutuhkan. Agama bukan hanya tentang ritual atau ibadah semata. Agama hadir menyentuh aspek terdalam manusia seperrti nilai moral, ketenangan batin, hingga arah dan makna hidup.
Artikel ini akan mengajak Anda menyelami kembali peran penting agama di tengah kehidupan modern yang serba cepat, penuh tekanan, dan seringkali terasa hampa.
Ilustrasi dua arah benar dan salah (Sumber: Pixabay)
1. Fondasi Moral di Dunia yang Serba Relatif

Era modern kerap dikaitkan dengan relativisme moral seperti kebenaran menjadi relatif, dan batas antara baik dan buruk mulai kabur. Di sinilah agama memainkan peran sebagai kompas moral yang kokoh.
- Agama mengajarkan kejujuran, keadilan, empati, serta tanggung jawab sosial.
- Di dunia kerja, nilai-nilai seperti integritas dan amanah justru makin dicari.
- Dalam krisis kepercayaan dan maraknya korupsi, nilai spiritual menjadi pagar etika yang kuat.
Agama tidak memaksakan, tetapi menawarkan pegangan ketika semua hal terasa abu-abu.
2. Kesehatan Mental: Spiritualitas sebagai Penyangga Jiwa
Lonjakan kasus depresi, kecemasan, dan gangguan jiwa menunjukkan bahwa manusia modern rapuh secara emosional. Di sinilah spiritualitas hadir sebagai penyangga jiwa.
Menurut situs Think Global Health, berbagai pendekatan terapi berbasis spiritual seperti kelompok terapi spiritual, terapi perilaku kognitif religius, hingga terapi yang diperkaya dengan komponen spiritual telah menunjukkan dampak positif dalam penanganan depresi, pikiran bunuh diri, kecemasan, gangguan psikotik, dan penyalahgunaan zat.
- Keyakinan akan makna hidup membuat seseorang lebih tahan menghadapi stres dan kehilangan.
- Komunitas keagamaan menciptakan rasa kebersamaan dan dukungan sosial yang menguatkan.
Agama bukan solusi instan, tapi sumber daya emosional yang kokoh di tengah badai hidup.
3. Menjawab Kekosongan Makna
Di era digital, teknologi memberi akses tanpa batas. Informasi membanjir. Namun, banyak yang tetap merasa kosong. Agama hadir menjawab pertanyaan mendasar yang tak bisa dijawab oleh algoritma atau AI:
- Untuk apa aku hidup?
- Apa makna penderitaan?
- Apa yang terjadi setelah mati?
Agama memberi ruang kontemplasi, bukan sekadar jawaban cepat, tapi kedalaman untuk menafsirkan hidup dengan lebih utuh.
4. Pilar Keadaban Sosial
Di tengah keberagaman masyarakat, agama bisa menjadi jembatan nilai, bukan pemisah. Ketika dipahami secara substansial dan inklusif, agama mendorong kasih sayang, toleransi, dan perdamaian.
- Nilai-nilai lintas iman seperti cinta, kepedulian, dan keadilan menjadi fondasi sosial yang kuat.
- Agama yang dipraktikkan dengan bijak memperkuat kohesi, bukan memecah belah.
5. Sains dan Agama: Bukan Dua Kutub yang Bertentangan
Agama tidak bertentangan dengan sains. Banyak tokoh besar seperti Ibnu Al Haitham, Al-Khawarizmi, Al Jazari, dan Ibnu Sina adalah ilmuwan sekaligus spiritualis.
- Sains memberi jawaban tentang bagaimana, agama memberi pemahaman tentang mengapa.
- Ilmu memberi data, agama memberi makna.
- Agama memberi etika bagi sains, agar teknologi tidak kehilangan arah.
Kesimpulan
Agama Bukan Warisan, Tapi Kebutuhan Masa Kini.
Agama bukan peninggalan masa lalu, melainkan kebutuhan eksistensial manusia modern. Di tengah ritme hidup yang cepat, tekanan sosial, dan kekosongan makna, agama hadir sebagai penyeimbang, penuntun, dan sekaligus penyejuk jiwa.
Manusia bukan hanya butuh koneksi internet, tapi juga koneksi dengan makna, dengan sesama, dan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tantangannya adalah bagaimana menjadikan agama tetap relevan, kontekstual, dan tidak kehilangan ruhnya di tengah zaman yang berubah.
Lalu bagaimana denganmu? Apakah kamu masih merasakan peran agama di dalam hidup? Yuk, bagikan pandanganmu di kolom komentar!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI