Mohon tunggu...
Fathiyyah Aulia
Fathiyyah Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - Salmaagista

gista

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Diplomasi Koersif bagi China: Solusi atau Bumerang?

29 November 2021   17:52 Diperbarui: 29 November 2021   19:18 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penggunaan Diplomasi Koersif yang sangat diandalkan oleh China sebagai alat diplomasinya dalam upaya mencapai kepentingan tersebut tentunya sangat merugikan pihak pihak yang dijadikan target oleh China. 

Melalui banyaknya informasi yang sudah saya cari terkait target diplomasi koersif China, hal itu semakin membuktikan bahwa diplomasi koersif bukan merupakan solusi, bahkan menjadi bumerang Ketika banyak negara yang sudah mempertahankan prinsip serta indepesensi mereka. 

Banyaknya kegagalan yang dialami China melalui upaya diplomasi koersifnya menurut penulis dikarenakan oleh ketidak matangan China dalam memberikan sanksi. Karena perlu diingat menurutu Burce diplomasi koersif dapat mencapai keseimbangan yang dibutuhkandengan cara memikirkan kombinasi dari kemauan dan kemampuan. 

Penting diingat bahwa kita melakukan diplomasi "dan" kekuatan bukan diplomasi "atau" kekuatan. Wortel dan tongkat harus dikombinasikan sesuai dengan konsepsi timbal balik dimana tidak menawarkan terlalu sedikit terlambat atau terlalu banyak terlalu cepat dan terlalu banyak sebagai imbalan, atau atau terlalu sedikit sebagai imbalan. Hal ini membutuhkan keterampilan dan keahlian yang hebat. (Jentlenson, 2006) 

Menurut penulis China juga tidak memikirkan dampak dari sikap kontra negara target. Negara yang tadinya berhubungan baik dengan China pada nantinya akan berkontra dikarenakan diplomasi koersif yang sudah bukan merupakan solusi lagi untuk negara negara mencapai kepentingannya. 

Menurut penulis juga keberhasilan dari diplomasi koersif yang dilakukan oleh China sekarang ini hanya akan efektif jika negara targetnya adalah negara berkembang, seperti Malaysia. Dalam informasi yang telas saya tulis diatas, dengan ancaman ekonomi, Malaysia sudah Kembali patuh dengan China.

 Berbeda dengan negara negara maju yang memiliki aliansi dengan Amerika Serikat. Penggunaan diplomasi koersif yang diberlakukan oleh China hanya menjadi bumerang saja dan bukan merupakan solusi yang bijak.

Daftar Pustaka

Berlianto. (2021). Khawatir Ancaman China dan Korut, Jepang Beri Tambahan Anggaran untuk Militer. Tokyo: SindoNews.

Cahyani, I. N. (2021). China Marah dan Batasi Hubungan dengan Lithuania Gara-gara Taiwan. Tribun.news.

CNN Indonesia. (2019). Terancam Denda Rp71 T, Malaysia Lanjutkan Proyek China. Jakarta: CNN Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun