Mohon tunggu...
Fatharani Hasna
Fatharani Hasna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa baru Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Masyarakat yang memiliki ketertarikan di bidang sosial khususnya mengenai isu perempuan, disabilitas, dan kesehatan mental. Saya memiliki pengalaman menjadi organisator dan volunteer disabilitas. Saya bertekad untuk terus bertumbuh dan bermanfaat bagi Iingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanganan Kasus Stunting dengan Pendekatan Andragogi

24 November 2022   19:47 Diperbarui: 24 November 2022   21:31 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam menggunakan pembelajaran berbasis andragogi, prinsip dan strategi pendidikan orang dewasa harus diperhatikan. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut: 

1. Orang dewasa memiliki konsep diri. Orang dewasa memiliki persepsi bahwa mereka mampu mengambil keputusan, menerima risiko yang timbul dari keputusan yang diambil dan mengelola kehidupannya secara mandiri. Harga diri sangat penting bagi orang dewasa, dan mereka membutuhkan pengakuan dari orang lain atas harga diri mereka. 

Orang dewasa biasanya bereaksi negatif terhadap perilaku menggurui. Implikasi praktisnya untuk pembelajaran adalah ketika pendidik menilai orang dewasa dan membantu mereka harus berpartisipasi secara optimal dalam pembelajaran. Pembelajaran mengacu dan berkembang ke arah pembelajaran proaktif (berorientasi masa depan) dan partisipatif (bersama orang lain) dengan berpikir dan bertindak di lingkungan tempat tinggal sendiri. 

2. Orang dewasa telah mendapatkan pengalaman. Setiap orang dewasa memiliki pengalaman situasi, interaksi dan pribadi yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang kehidupan dan lingkungannya. Pengalaman situasional adalah serangkaian situasi yang dialami orang dewasa di masa lalu yang dapat digunakan untuk menanggapi situasi saat ini. Pengalaman interaksi meningkatkan kemampuan orang dewasa untuk memfokuskan kesadarannya untuk melihat diri sendiri dari sudut pandang orang lain. Pengalaman pribadi adalah kemampuan orang dewasa pada saat ini dalam berbagai situasi masa lalu. Implikasi praktis dari pembelajaran orang dewasa dapat merefleksikan pengalaman mereka. Pengalaman biasa dapat menjadi sumber yang kaya yang dapat digunakan untuk belajar. Orang dewasa mempelajari sesuatu yang baru, yang sering ditafsirkan dengan bantuan pengalaman lama. Oleh karena itu, siswa dewasa harus dimasukkan sebagai sumber belajar. Memperkenalkan dan menerapkan konsep baru lebih mudah jika berbeda dari pengalaman orang dewasa. 

3. Orang dewasa ingin belajar. Persiapan untuk pendidikan orang dewasa harus sesuai dengan perannya dalam masyarakat dan tugas/pekerjaannya. Oleh karena itu, urutan program pembelajaran harus mengikuti urutan tugas yang dilakukan oleh orang dewasa, bukan urutan logis mata pelajaran. Penyesuaian materi dan kegiatan pembelajaran harus relevan dengan kebutuhan belajar dan tugas/pekerjaan siswa dewasa. 

4. Orang dewasa ingin menggunakan hasil belajar dengan segera. Orang dewasa berpartisipasi dalam pembelajaran karena mereka menanggapi materi terkait peran dan proses pembelajaran dalam kehidupan mereka. Kegiatan sekolah selalu didasarkan pada realita (kenyataan). Oleh karena itu, pembelajaran harus meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kebutuhannya. Kesimpulan praktisnya adalah bahwa pembelajaran harus bertujuan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan peran orang dewasa dalam belajar, pengalaman harus direncanakan berdasarkan kebutuhan dan masalah orang dewasa, seperti kebutuhan dan masalah di tempat kerja, peran sosial, budaya dan ekonomi. Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan motivasi yang kuat dalam pendidikan orang dewasa. 

5. Orang dewasa memiliki kemampuan untuk belajar. Setiap orang memiliki kemampuan dasar untuk belajar sepanjang hidupnya, terutama orang dewasa. Menurunnya kemampuan belajar seiring bertambahnya usia bukan karena intensitas dan kemampuan intelektual, melainkan karena kecepatan belajar. Implikasi praktisnya adalah bahwa guru harus mendorong orang dewasa sebagai siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajar mereka dan cara orang dewasa menginginkan, memilih dan mendefinisikan pembelajaran. 

6. Orang dewasa dapat belajar secara efektif dalam hal aktivitas mental dan fisik. Orang dewasa dapat memutuskan apa yang akan dipelajari, di mana dan bagaimana belajar, dan kapan terlibat dalam kegiatan belajar. Orang dewasa belajar dengan berpikir dan melakukan. 

Kesimpulan praktisnya adalah orang dewasa belajar secara efektif dengan melibatkan aktivitas otak kiri dan kanan, menggunakan kecerdasan dan emosinya, serta menggunakan berbagai sumber, metode, teknik, dan pengalaman belajar. Prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa (andragogi) dapat diterapkan dalam pendidikan dan terbukti efektif dalam berbagai situasi pendidikan. 

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berdasarkan prinsip pendidikan orang dewasa (andragogi) merupakan pendidikan yang tepat bagi peserta dewasa. Komitmen pemerintah dalam upaya percepatan perbaikan gizi telah dinyatakan melalui Perpres Nomor 42 Tahun 2013, tanggal 23 Mei 2013, tentang Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan Perbaikan Gizi yang merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). 

Melalui penetapan strategi utama Gernas Percepatan Perbaikan Gizi yaitu: a. Menjadikan perbaikan gizi sebagai arus utama pembangunan sumber daya manusia, sosial budaya, dan perekonomian. b. Peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia di semua sektor baik, pemerintah maupun swasta. c. Peningkatan intervensi berbasis bukti yang efektif pada berbagai tatanan yang ada di masyarakat. d. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk penerapan norma-norma sosial yang mendukung perilaku sadar gizi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun