Mohon tunggu...
Fatharani Hasna
Fatharani Hasna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa baru Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Masyarakat yang memiliki ketertarikan di bidang sosial khususnya mengenai isu perempuan, disabilitas, dan kesehatan mental. Saya memiliki pengalaman menjadi organisator dan volunteer disabilitas. Saya bertekad untuk terus bertumbuh dan bermanfaat bagi Iingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanganan Kasus Stunting dengan Pendekatan Andragogi

24 November 2022   19:47 Diperbarui: 24 November 2022   21:31 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Inisiasi menyusu dini (IMD) yang tidak terlaksana, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif yang gagal, dan proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor stunting. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan. 

Dari pembahasan di atas, kita menjadi tahu seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh stunting dan faktor-faktor pemicunya. Semoga dengan adanya pembahasan tentang apa itu stunting dan apa faktor-faktor penyebabnya, dapat menjawab pertanyaan yang selama ini ada di benak para pembaca tentang stunting. 

Kasus stunting harus menjadi perhatian bersama baik dalam skala nasional maupun internasional. Berbagai permasalahan gizi dapat membawa dampak negatif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 

Dampak kesehatan, ekonomi, sosial, dan perkembangan dari permasalahan global ini dapat berlangsung dalam waktu lama dan serius, baik bagi individu, keluarga, komunitas ataupun yang lebih besar, negara. Permasalahan gizi merupakan penyebab utama penyakit-penyakit yang terjadi di berbagai belahan dunia. 

Dalam jangka panjang, kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan akan menurun, tidak mampu bersaing dengan produktif sesuai usianya, pendapatan rendah ketika bekerja, dan secara nasional akan menghambat pertumbuhan dalam berbagai bidang. Anak pending atau stunting merupakan indikator yang diterima secara luas mengenai penurunan produktivitas masyarakat suatu negara pada masa mendatang. 

Menurut Ketua Ikatan Ahli Gizi Tanah Air, anak yang stunting akan mempengaruhi pertumbuhan otak sehingga cenderung kurang cerdas. Hal inilah yang menjadi landasan pemerintah berupaya keras mencegah stunting, karena ingin menjaga kualitas SDM generasi pada masa mendatang. 

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam kesehatan anak, karena orang tua merupakan pendidik inti bagi anaknya dalam proses pembentukan pengetahuan melalui berbagai bentuk pendidikan. Banyak orang berpikir bahwa pendidikan hanya dapat dimulai setelah usia sekolah dasar, tetapi ini tidak benar. 

Menurut penelitian seperti Dr. Benjamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari University of Chicago, USA, beranggapan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak terjadi pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50% (Cropley, 1994). Artinya jika otak anak tidak terstimulasi secara maksimal pada usia tersebut, maka tumbuh kembang fisik dan mental anak tidak akan berkembang secara optimal. 

Kasus stunting menjadi isu yang perlu disikapi karena seperti yang telah dibahas di atas, kasus stunting dapat menyebabkan tumbuh kembang anak terhambat dan dalam jangka panjang akan mempengaruhi kualitas SDM sebuah negara. 

Untuk menangani permasalahan tersebut, peranan orang tua menjadi penting, karena merupakan ujung tombak tumbuh kembang seorang anak. Untuk melakukan edukasi kepada orang tua diperlukan metode yang relevan, karena orang tua atau orang dewasa memiliki karakter yang berbeda dengan anakanak. Maka dari itu perlu menggunakan pembelajaran berbasis andragogi. 

Menurut Knowles, andragogi dapat diartikan sebagai filosofi pengajaran yang berpusat pada pelajar dengan asumsi siswa adalah pembelajar yang mandiri dan berdaulat yang mengambil inisiatif, kendali, dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka, dan guru memainkan peran sebagai fasilitator, menekankan masalah daripada konten. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun