Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Monolog Hujan

13 September 2021   07:43 Diperbarui: 13 September 2021   07:50 1613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja ini, aku bersandar pada dinding lapuk rumah tak bertuan
Menunggu hujan reda walau malam mulai berkelindan
Aku mulai berbincang dengan hujan
Sambil memandang ke langit kelam tanpa gumpalan awan

Hujan, aku kedinginan, dan dijawab suara angin menderu kencang
Aku menjilat tetesan air yang jatuh di bibir pucat membayang
Takada yang memayungi pun mengantar pulang
Berapa lama lagikah derasmu mereda, tanya dalam bimbang

Hujan tak hendak pergi, menggoda mengajak lebur berdekapan
Ah, kenapa harus takut basah, aku dan hujan mulai saling berkejaran
Raga terasa lapang meluruhkan rindu yang kadang menyesakkan
Hujan, engkau juga menghanyutkan airmata yang ikut turun mencari kawan

Hanya hujan yang membawaku kembali keperaduan
Basah kuyup dalam kegembiraan
Hujan menghilang dalam gelap, saat malam dan bulan bercumbu-cumbuan
Kepada hujan, tangan masih mengenggam basah dalam lambaian

FS, 13 September 2021
Puisi ini pernah tayang di sebuah blog

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun