Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bilik Padi yang Tergerus Zaman

28 Februari 2020   10:50 Diperbarui: 28 Februari 2020   10:59 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu bilik padi di Desa Lolo Gedang (Foto Fatmi Sunarya/dokpri)

Kerinci yang terletak di Provinsi Jambi, menempati urutan pertama di Provinsi Jambi sebagai penghasil padi atau lumbung padi. Dan tentu saja ikut menjadi penghasil padi atau lumbung padi terbesar di Indonesia.  Indonesia sendiri merupakan penyumbang  beras terbesar di dunia. 

Di kerinci pada zaman dahulu, penyimpanan padi di lakukan di bilik padi. Bilik padi adalah bangunan kayu menyerupai rumah panggung rendah. Didalamnya hanya satu ruang dan terdapat dua tingkat/lantai dengan tangga kecil menuju lantai atas. 

Lantai pertama atau bawah difungsikan untuk menyimpan padi-padi basah yang baru diangkut dari sawah dan belum melalui proses pengeringan/penjemuran. Lantai atas difungsikan untuk padi yang telah dikeringkan melalui proses pengeringan/penjemuran.  

Rumah panggung Kerinci (sumber: https://rantingdandaun.blogspot.com/)
Rumah panggung Kerinci (sumber: https://rantingdandaun.blogspot.com/)
Bilik padi ini letaknya tidak jauh dari rumah-rumah panggung yang berjejeran yang disebut larik.  Perlu diketahui pemukiman tradisional Kerinci berbentuk  dusun atau luhah dengan rumah panggung berlarik-larik.  Dalam satu dusun atau luhah terdapat beberapa bilik-bilik padi. 

Jumlah bilik padi tergantung kepada jumlah anggota keluarga, kemampuan ekonomi dan luas lahan/sawah yang dimiliki. Biasanya satu bilik dimiliki oleh beberapa keluarga atau kalbu/tumbi. Pada bilik padi terdapat beberapa ukiran yang merupakan seni ukir tradisional Kerinci. Seni ukir pada bilik ini menandakan status sosial pemiliknya.

Bilik-bilik padi di Desa Lolo.Gedang (Foto Fatmi Sunarya)
Bilik-bilik padi di Desa Lolo.Gedang (Foto Fatmi Sunarya)
Penulis pernah mendengar cerita dari nenek penulis, pada zaman penjajahan Belanda atau Jepang bilik-bilik padi ini di kosongkan oleh penduduk supaya isinya tidak dirampas penjajah. Mereka menyembunyikan padi-padi di ladang-ladang  yang jauh dari pemukiman. Bahkan menyembunyikannya dibawah tanah. Beras sebagai bahan makanan pokok penduduk,  sangatlah  penting bagi mereka. Alangkah sengsaranya jika tidak punya beras.

Zaman sekarang apakah penduduk Kerinci masih menyimpan padi di bilik-bilik padi ini? Jarang sekali mereka menyimpan padi di bilik-bilik padi. Mereka memilih menyimpan dirumah masing-masing.  

Penduduk yang sudah panen padi juga tidak terlalu lama menyimpan padi, mereka segera menjual padi setelah panen dan menyimpan dalam bentuk beras untuk kebutuhan keluarga saja. 

Kondisi bilik-bilik padi ini juga tidak terawat, rusak dan dialihfungsikan menjadi gudang. Keberadaan bilik-bilik padi dan juga rumah-rumah panggung yang berlarik-larik sudah tergantikan dengan rumah-rumah dari beton. Kalaupun masih ada, bilik-bilik padi ini tidak terawat.

Alangkah malangnya nasib bilik-bilik padi yang merupakan warisan budaya dari nenek moyang dan seharusnya dipertahankan keberadaannya. Keberadaan bilik padi ini tergerus oleh zaman. Pengunaan  dan perawatan tidak dilakukan sehingga rusak, hancur dan perlahan hilang ditelan masa. 

Perlu ada kepedulian dari masyarakat dan adat untuk kelestarian bilik-bilik padi yang menyimpan sejarah teknik dalam pengelolaan hasil pertanian,  seni budaya baik dalam bentuk bangunan dan seni ukir yang terdapat pada bilik padi.


Sungai Penuh, 28 Februari 2020

FatmiSunarya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun