Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ke Mana Air?

25 Agustus 2019   18:25 Diperbarui: 25 Agustus 2019   18:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kerongkongan mulai dikoyak dahaga
Beri aku air jerit para musafir
Aku tlah berjalan dari hulu ke hilir
Namun tak kutemukan telaga

Tanah retak menganga
Sungai kering nelangsa
Hewan bergelimpangan sia-sia
Pohon terkulai tak berdaya

Kugali tanah sampai kedasar bumi
Setitik pun tak tersisa
Kemana lagi harus kucari
Raga letih terasa

Aku hampir sekarat, nafasku semakin menyempit
Tuhan, tolong runtuhkan air dari langit

Api mulai berlari girang di padang gersang
Menyemburkan asap kelam penuhi paru paru
Kita akan mati terpanggang tanpa tahu siapa sipelaku

Manusia serakah, bisik sang bumi
Dia merenggut segalanya dariku
Tak menyisakan sedikitpun untuk anak cucu
Manusia kejam, geram sang bumi
Tlah kuberi seribu kebaikan
Tlah kutanam kehidupan
Bumi ini akan mati tak berpenghuni

Cintai bumi, 25 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun