Mohon tunggu...
Farrel Sandya
Farrel Sandya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Eritroblastosis Fetalis, Bisakah Dicegah?

8 Desember 2017   21:08 Diperbarui: 8 Desember 2017   21:20 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah Gejala Eritroblastosis Fetalis?

Bayi yang mengalami gejala eritroblastosis fetalis mungkin tampak bengkak, pucat, dan/atau kuning setelah lahir. Seorang dokter mungkin menemukan bahwa bayi memiliki hati atau limpa yang lebih besar dari normal. Tes darah juga bisa mengungkapkan bahwa bayi tersebut menderita anemia atau jumlah sel darah merah yang rendah.

Bayi juga dapat mengalami kondisi yang dikenal sebagai hidrops, dimana cairan mulai menumpuk di tempat dimana cairan biasanya tidak ada. Ini termasuk ruang di perut, jantung, dan paru-paru. Gejala ini bisa berbahaya karena cairan ekstra memberi tekanan pada jantung dan mempengaruhi kemampuannya untuk memompa. Bayi dengan kondisi ini mungkin lahir dalam kondisi sudah mati.

Apakah Komplikasi Eritroblastosis Fetalis?

Komplikasi yang dialami janin bisa meliputi:

  • Anemia ringan sampai berat
  • Peningkatkan kadar bilirubin
  • Ikterus, atau kulit yang menguning
  • Anemia berat disertai pembesaran hati dan limpa.
  • Komplikasi pada bayi baru lahir meliputi:
  • Tingkat bilirubin yang sangat tinggi, disertai ikterus yang menyertainya
  • Anemia
  • Pembesaran hati
  • Penumpukan bilirubin yang berlebihan di otak bisa menyebabkan kejang, kerusakan otak, tuli, atau kematian. Ini disebut kernikterus.

DIAGNOSIS

Bagaimana Eritroblastosis Fetalis Didiagnosis?

Langkah pertama dalam mendiagnosis eritroblastosis fetalis adalah dengan mengetahui apakah ada ketidakcocokan Rh pada ibu dan ayah. Pengujian faktor Rhesus untuk orang tua dapat menunjukkan potensi risiko.
Untuk mendiagnosis eritroblastosis fetalis, dokter akan melakukan tes darah rutin saat kunjungan pertama ibu hamil. Ini akan menguji jenis darah ibu, dan akan menentukan apakah dia memiliki antibodi anti-Rh dalam darahnya dari kehamilan sebelumnya. Jika dia memiliki antibodi Rh dan darah Rh-negatif, darah ayah akan diuji. Jika golongan darah ayah adalah Rh negatif, tidak diperlukan pengujian lebih lanjut. Tapi jika golongan darah ayah adalah Rh positif, atau jika dia memiliki antibodi anti-Rh, darah ibu akan diuji lagi antara 18 sampai 20 minggu kehamilan dan lagi antara 26 sampai 27 minggu.

Pengujian untuk janin mungkin termasuk ultrasound, amniosentesis, pengukuran aliran darah arteri serebral janin janin, dan pengujian darah tali pusat janin janin. Hanya saja, jenis darah janin jarang diuji. Sulit untuk menguji jenis darah janin dan melakukannya dapat meningkatkan risiko komplikasi.

Darah ibu terus diuji untuk antibodi selama kehamilannya, kira-kira setiap dua sampai empat minggu. Jika jumlah antibodi mulai meningkat, dokter mungkin akan merekomendasikan tes untuk mendeteksi aliran darah arteri serebral janin, yang tidak menyerang bayi. Eritroblastosis fetalis dicurigai jika aliran darah bayi terkena.Top of Form

Jika bayi lahir kuning (tampak kuning warna kulitnya karena penumpukan bilirubin) setelah lahir, namun ketidakcocokan Rh tidak dicurigai, bayi mungkin mengalami masalah karena ketidakcocokan ABO. Hal ini paling sering terjadi ketika seorang ibu dengan golongan darah O melahirkan bayi yang memiliki golongan darah A, B, atau AB. Karena golongan darah O memiliki antibodi A dan B, darah ibu bisa menyerang bayi. Namun, gejala ini umumnya dianggap jauh lebih ringan daripada ketidakcocokan Rh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun