Mohon tunggu...
Ade Candra
Ade Candra Mohon Tunggu... Insinyur - pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman

Saya orang yang berjiwa sosial, suka bermasyarakat dan dengan menulis ingin berbagi informasi bermanfaat dengan Khalayak Ramai

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Tujuh Alasan Mengapa KUR Tani Tidak Diminati Petani

18 Februari 2023   09:20 Diperbarui: 8 Maret 2023   08:59 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani beras di Indonesia. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Permodalan merupakan hambatan utama bagi petani dalam mengembangkan usaha taninya , suka atau tidak suka permodalan mengatur maju mundurnya usaha petani. 

Banyak petani yang terjerumus ke pada " lintah darat" toke atau pemberi modal illegal lainnya karena ketiadaan biaya. 

Beberapa kasus dilapangan menunjukkan bahwasannya berhubungan dengan tengkulak atau toke membuat petani merana dan tidak bebas menentukan pemasaran hasil usaha taninya.

Salah satu contoh miris adalah, cerita Hendra irawan seorang petani jagung di Nagari Panti Selatan Kabupaten Pasaman. 

Beliau menceritakan ia berbudidaya jagung di fasilitasi oleh toke atau tengkulak dimana toke yang mendanainya tersebut menyediakan saprodi seperti bibit jagung, pupuk dan pestisida. 


Dalam prakteknya satu kantong bibit jagung seberat 5 kg dan sekarung pupuk seberat 50 kg harus dibayar petani lebih 50 ribu rupiah dari harga pasar semisal jagung Pioneer P-32 harga normalnya di Pasaran 500 ribu rupiah pada saat selesai panen harus dibayar petani sebesar 550 ribu rupiah. 

Mirisnya lagi setelah di panen, jagung dijual kembali kepada toke bersangkutan dengan harga lebih rendah 2-3% dari harga pasar. 

Artinya selain mendapatkan keuntungan dari harga saprodi yang diberikan ke petani, tengkulak atau toke juga mendapatkan keuntungan dari hasil panen jagung.

Pun juga setali tiga uang dengan cerita Antoni, seorang petani padi dari daerah yang sama, beliau menceritakan, setelah panen ia tidak bebas menjual hasil panennya dimana satu minggu sebelum panen tengkulak yang memodali usaha taninya datang dan memantau serta memberikan karung kepadanya sebagai kode.

Bekal panen sekaligus menandai panen tersebut adalah milik toke atau dia yang membel , padahal saat panen harga gabah yang dibeli toke ini lebih rendah 200 Rupiah dari harga pasar. Ini mungkin hanya sebagian kecil praktek-praktek yang dijalankan tengkulak atau toke di lapangan.

Lalu mengapa petani masih berhubungan dengan tengkulak, padahal ada Kredit usaha Rakyat (KUR ) yang digelontorkan oleh pemerintah? 

Menurut hendra Irawan berurusan dengan tengkulak tidak ribet, kapan waktu perlu uang para tengkulak siap mengucurkannya tanpa persyaratan macam-macam. 

Menurutnya lagi bukan hanya biaya saprodi untuk budidaya jagung, biaya dapur hingga biaya kuliah anak pun bisa dipenuhi oleh para tengkulak walaupun dengan konsekwensi cukup merugikan petani. 

Sedangkan untuk KUR prosesnya Sulit, butuk waktu relative lama dan sulit untuk mengangsur pinjaman plus bunganya setiap bulan. Artinya pembiayaan dari tengkulak dan toke lebih diminati sebagian petani dibandingkan dengan KUR. Entah ini sepenuhnya benar atau tidak namun inilah fakta yang terjadi dilapangan

Terkait dengan hal diatas ada beberapa penyebab KUR Tani tidak diminati (Hasil survey Rantai Nilai di Di Batang petok Kegiatan IPDMIP, 2021).

Pertama  Prosesnya ribet. Sebagian petani malas berurusan dengan Bank dan birokrasi. Bisa jadi disebabkan ketidak tahuan informasi dan tingkat pendidikan yang rendah. 

Kedua, Pinjaman Plus bunga KUR Harus dibayar setiap bulan. Padahal modal yang dipinjam sudah habis digunakan baik untuk konsumtif maupun untuk modal budidaya. 

Ketiga, uang hasil pembiayaan KUR tidak sepenuhnya di gunakan untuk budidaya, acap kali digunakan untuk konsumptif sehingga target pembiayaan KUR untuk Biaya usaha tani tidak tercapai yang imbasnya produksi yang sudah direncanakan juga tidak sesuai harapan. 

Keempat, petani kesulitan mencari akses pemasaran sedangkan jika berhubungan dengan tengkulak pemasaran sudah terjamin. Kondisi ini sangat tampak pada daerah-daerah terpencil dengan kondisi jalan rusak parah.

Petani kesulitan membawa hasil panennya ke kota sehingga disinilah kesempatan Toke " memperdaya " petani dengan menyediakan sarana transportasi dengan konsekwensi petani tergantung kepada toke tersebut , 

Kelima Jangka waktu angsuran / Pengembalian Kredit KUR Cukup lama sehingga terasa sangat memberatkan. 

Keenam, lokasi petani berada didaerah terpencil sehingga akses informasi tentang kredit KUR pun masih minim.

Ketujuh. sebagian besar petani sudah mendapatkan pinjaman melalui Kredit umum atau reguler sedangkan Kur yang dipersyaratkan Pemerintah adalah tidak atau belum pernah meminjam ke Bank Yang telah ditunjuk pemerintah untuk menyalurkan KUR, suatu dilema memang!

Ketujuh faktor ini tidak bisa dipungkiri menjadi penyebab KUR tani Tidak di minati petani di beberapa daerah, walaupun tidak bisa dipungkiri pemerintah melalui kementrian pertanian seperti dilansir media online Kompas.com telah berhasil meningkatkan serapan kredit KUR pertanian sehingga menembus angka Rp. 39,337 Triliun lebih.

Walaupun masih jauh dari alokasi anggaran senilai Rp.90 triliun per mei 2022. Mungkin saja dengan berbagai fasilitasi yang dilakukan pemerintah.

Kerja nyata petugas pertanian yang ada dilapangan dan dukungan serta akses mudah dari lembaga perbankan.

Serapan KUR tani Bisa lebih meningkat lagi hingga mencapai angka nominal yang telah ditargetkan kementrian pertanian dan yang terpenting petani bisa terbebas dari jerat Lintah darat, tengkulak atau Toke. Semoga!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun