Mohon tunggu...
Farizko Ikhsan
Farizko Ikhsan Mohon Tunggu... Jabatan Manager

Suka ngulik tips kerja, update berita ringan, dan cerita seru seputar pelatihan. Kerja di dunia training dan senang berbagi hal-hal bermanfaat buat pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Raih Produktivitas dengan Stop Overthinking

15 Oktober 2025   09:00 Diperbarui: 13 Oktober 2025   16:21 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi overthinking karena kinerja (Sumber: Freepik/Kredit Foto))

Di tengah tuntutan dunia kerja modern yang serbacepat dan kompetitif, banyak dari kita jatuh ke dalam jebakan perfeksionisme dan overthinking (terlalu banyak berpikir) terhadap kinerja. Kita sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyempurnakan detail kecil yang dampaknya minimal, menunda-nunda pekerjaan karena takut hasilnya tidak sempurna, atau terjebak dalam analysis paralysis (kelumpuhan analisis). Padahal, keinginan obsesif akan kesempurnaan ini justru menjadi musuh utama bagi produktivitas dan kesejahteraan mental kita.

Di sinilah prinsip Good Enough berperan. Prinsip ini adalah filosofi yang mengajarkan kita untuk menetapkan standar yang memadai, efektif, dan sesuai tujuan, alih-alih mengejar kesempurnaan mutlak yang sering kali tidak realistis dan menghabiskan sumber daya. Prinsip Good Enough bukan berarti kita berkompromi dengan kualitas buruk; ia berarti kita secara cerdas membedakan antara tugas yang membutuhkan kesempurnaan (misalnya, operasi medis atau laporan keuangan akhir tahun) dan tugas yang hanya membutuhkan hasil yang sangat baik dan tepat waktu (misalnya, draf awal, email internal, atau desain media sosial harian). Dengan menguasai prinsip ini, kita dapat membebaskan diri dari belenggu overthinking dan mulai menciptakan momentum kerja yang konsisten. Mari kita bedah tiga pilar penerapan prinsip Good Enough untuk meningkatkan kinerja.

Mengapa Perfeksionisme Merusak Produktivitas Kita

Perfeksionisme sering kali disalahartikan sebagai etos kerja yang tinggi, padahal ia bisa menjadi sumber utama inefisiensi dan penundaan, terutama ketika berhadapan dengan deadline ketat.

  • Mengaktifkan The Law of Diminishing Returns: Hukum ini menyatakan bahwa setelah mencapai titik tertentu, upaya tambahan yang kita curahkan untuk menyempurnakan sesuatu akan menghasilkan peningkatan kualitas yang sangat kecil, namun memakan waktu yang sangat besar. Mengejar peningkatan dari 98% menjadi 100% seringkali menghabiskan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk menyelesaikan tugas lain.

  • Memicu Procrastination (Penundaan): Ketakutan akan kegagalan atau ketidaksempurnaan membuat kita menunda memulai pekerjaan. Kita menunggu "waktu yang tepat" atau "ide yang sempurna," padahal langkah awal yang tidak sempurna adalah kunci untuk mencapai penyelesaian.

  • Meningkatkan Burnout: Standar yang tidak realistis secara terus-menerus memberikan tekanan psikologis. Karyawan yang perfeksionis cenderung mengalami kelelahan mental dan fisik yang lebih tinggi karena mereka tidak pernah merasa puas dengan pekerjaan mereka.

3 Pilar Prinsip Good Enough untuk Kinerja Optimal

Menerapkan prinsip Good Enough memerlukan perubahan pola pikir dan kebiasaan kerja yang strategis. Kita harus belajar mengalihkan fokus dari sempurna menjadi selesai dan efektif. Tiga pilar ini membantu kita mencapai kinerja yang optimal dan bebas overthinking:

  1. Tetapkan Prioritas yang Jelas: Good Enough Versus Excellent: Pilar ini mengharuskan kita untuk secara eksplisit mendefinisikan standar kualitas yang diperlukan untuk setiap tugas sebelum kita mulai bekerja. Kita harus membuat pembedaan strategis, yaitu:

    • Identifikasi The Core Output: Tentukan minimum viable product (MVP) atau hasil inti yang wajib diselesaikan untuk memenuhi tujuan. Fokuskan 80% energi pada pencapaian hasil inti ini.

    • Penerapan Aturan 80/20 (Prinsip Pareto): Akui bahwa 80% hasil kita berasal dari 20% upaya yang paling penting. Setelah mencapai 80% kualitas yang sangat baik (yaitu Good Enough), jangan ragu untuk beralih ke tugas berikutnya.

    • HALAMAN :
      1. 1
      2. 2
      Mohon tunggu...

      Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
      Lihat Lyfe Selengkapnya
      Beri Komentar
      Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

      Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun