Mohon tunggu...
Money Pilihan

One Map Policy: Antara Terobosan dan Tantangan

20 Maret 2017   10:12 Diperbarui: 4 April 2017   16:17 4056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PrioritaskanLanduse Detail

Jika berangkat dari goals utama pemerintah untuk menyelesaikan persoalan tanah di negeri ini, apakah tidak sebaiknya dahulukandatabase landuse persil tanah dari milik individu yang dibangun di seluruh negeri ini ? Petakan mana lahan milik pemerintah, mana milik swasta dan mana milik rakyat lengkap dengan atribut untuk kepentingan updating, dsbnya. Bangun referensi ID-nya. Saya sempat berharap bahwa suatu hari ID persil tanah akan mirip dengan E-KTP (Sori bukan kasus nya ya, fungsinya), iya fungsinya bahwa secara nasional kita bisa mendapatkan informasi bidang tanah kepemilikan di seluruh pelosok negeri dan diupdate otomatis hanya dengan sentuhan jari.

Metode pengumpulan data

Saya awalnya berekspektasi database nasional KSP ini akan menggunakan metode re-digitasi dari satelit resolusi tinggi yang di subscribe oleh LAPAN selama ini. Ternyata saya salah, metodenya masih menggunakan pengumpulan data yang dimiliki oleh daerah (SKPD) yang secara temporal mungkin ada beberapa yang belum ter-update atau masih menggunakan akurasi yang perlu di standarisasi atau informasi yang hilang. Sehingga saya beranggapan, bukankah saat ini KSP adalah pekerjaan dua kali jika akhirnya data yang dikumpulkan tetap di koreksi dan di detailkan kembali akurasinya. Apakah tidak lebih baik dengan besar hati mundur selangkah untuk mengerjakan ulang dengan metode yang mendekati kondisi asli saat ini ?

Database persil BPNon going

http://peta.bpn.go.id/


Ternyata BPN sudah mengembangkan database persil tanah dengan mandiri. Database tersebut saya yakin akan mengarah pada akurasi yang detail jika dapat diverifikasi dengan citra resolusi tinggi dan mendigitasi areal lain diluar persil seperti jalan sungai dan jenis lahan lainnya. Yang jadi pertanyaan, mengapa BPN mengembangkannya sampai sejauh ini dan KSP masih berjalan dengan 1 : 50.000 ? Apakah tidak menjadi dua pekerjaan yang berbeda dengan prinsip yang sama ? Saya berpikir banyak potensi besar dari database persil karena dari sana anda dapat mengenerate nilai sesuai kebutuhan, ingin 50.000 ? 25.000 ? 10.000 ? Yang penting databasenya detail.

Sehingga dari empat poin di atas saya awalnya berpikir sederhana akan seperti ini alur ceritanya.

LAPAN providecitra resolusi tinggi terkini yang sudah termosaic dan ter georeferensi.

BIG digitasi data tersebut dan mempersiapkan cangkang geodatabase.

BPN bertanggung jawab untuk menginjeksi fitur yang di digitasi BIG untuk urusan kepemilikan persilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun