Mahaiswa mempunyai peran yang besar dalam menciptakan linhkungan aman, dimulai dari pribadi yang tegas nenolak segala bentuk kekerasan. Selain itu mahasiswa juga bisa mengedukasi para pelajar atau rekan pelajar mengenai pentingnya sikap toleran dan dampak negatif kekerasan.
Kesimpulan
Dari hasil wawancara dengan dua mahasiswa, diketahui bahwa kekerasan di kalangan pelajar terjadi karena banyak faktor, seperti pola asuh yang kurang tepat, lingkungan pergaulan yang buruk, kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru, serta pengaruh media sosial yang menampilkan kekerasan secara bebas. Character education has not been effectively implemented, especially within families, where parents often neglect their role in shaping children's values.
Sebagai mahasiswa, kita punya peran besar dalam menciptakan lingkungan yang aman. Kita bisa mulai dari diri sendiri dengan menolak kekerasan dan memberi contoh yang baik. Kita juga bisa ikut menyebarkan nilai-nilai toleransi dan pentingnya menyelesaikan masalah tanpa kekerasan, misalnya melalui media sosial atau kegiatan edukatif lainnya.
Kasus ini mencerminkan pentingnya memperkuat nilai-nilai etika dan kepribadian dalam diri pelajar. Pendidikan tidak cukup mengembangkan aspek akademik, tetapi juga harus membentuk karakter yang bertanggung jawab dan berempati. Dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, hal ini ssejalandengan tujuan membentuk warga negara yang cerdas dan beradab (smart and good citizen), yang mampu hidup harmonis dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Therefore, character education must be consistently instilled in families, schools, and society as a foundation for nurturing a moral, tolerant, and peaceful generation.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI