Mohon tunggu...
Farika Dewi
Farika Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - 21107030069

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga "Pikiran negatif tidak akan pernah memberimu kehidupan yang positif"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ponpes Waria : Tempat Nyaman untuk Menjalani Kehidupan

17 Februari 2022   11:12 Diperbarui: 17 Februari 2022   11:23 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta

Kita dapat melihat dari keduanya bahwa menjadi waria adalah takdir Tuhan, lalu mengekspresikannya adalah pilihan. Namun itu bukanlah pilihan yang mudah bagi mereka. Mereka berani untuk mengekspresikan diri sendiri dengan bebas.

Pandangan Waria dalam Masyarakat

Banyak sekali perspesi masyarakat yang keliru mengenai waria. Pertama, waria bukanlah transseksual yang memang sengaja merubah alat kelaminnya sesuai yang diinginkan mereka. Waria merupakan transgender atau istilah lain transpuan (seorang laki-laki yang mengidentifikasinya sebagai seorang perempuan). Ada beberapa dari mereka yang ingin berpenampilan layaknya wanita dengan menambahkan silicon atau implant payudara, tanpa merubah akat kelamin mereka.

Kedua, waria itu bukan lah gay. Gay merupakan kecenduruangan sex yang lebih spesifik Ketika laki-laki menyukai sesama laki-laki. Namun, waria mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan yang memiliki ketertarikan terhadap laki-laki. Sedangkan gay hanya berorientasi sex terhadap sesama laki-laki. Jadi, perbedaan waria dan gay itu terlihat jelas hanya dibedakan dari orientasi sex-nya.

Selain itu, para waria pun kerap kali memiliki permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Sering kali mereka menerima perlakuan yang tidak menyenangkan seperti dibully hingga sampai terjadi kekerasan. Kata “Banci atau Bencong” pastinya sudah tidak familiar bagi mereka. Mereka seharusnya layak untuk dihargai. Jika kita bertemu dan merasa bingung harus menggunakan panggilan apa untuk waria, sesuaikanlah panggilan itu dengan penampilan mereka. Setidaknya kita juga menghargai adanya keberadaan mereka dengan panggilan itu, agar tidak terkesan merendahkan mereka.

Berbeda dari pandangan agama. “Kita sebagai umat Islam, punya hak dan kewajiban untuk beribadah. Apapun agamanya, tujuan kita satu, Tuhan,” ujar Mbak Nur. Pada hakikatnya, Bergama adalah hak dari setiap manusia, termasuk juga dengan waria. Oleh karena itu, kita tidak bisa memaksakan semua orang itu untuk sama seperti kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun