Mohon tunggu...
farid wong
farid wong Mohon Tunggu... -

hanya lelaki yang kebetulan lewat, sama sekali tak hebat, tapi suka bersahabat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mampir ke Toilet "5 Miliar" di Bawah Tanah Titik Nol Jogja

7 Maret 2018   17:51 Diperbarui: 7 Maret 2018   18:21 2389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang namanya "panggilan alam" memang harus disegerakan pelaksanaannya. Siapa sih yang kuat menahan hasrat BAB (buang air besar) atau BAK (buang air kecil), atau keduanya? Tapi, apa jadinya bila tempat untuk memenuhi panggilan tersebut tak tersedia? Pastilah kalang kabut.

Barangkali begitulah salah satu alasan keberadaan toilet umum yang berada di kawasan wisata Titik Nol Kilometer Yogyakarta, atau lebih akrab dijuluki Titik Nol Jogja. Toilet yang diresmikan penggunaannya sejak Januari 2018 ini terletak di area parkir umum di depan Bank Indonesia. Pembangunannya menyedot dana sebesar Rp 5,7 miliar. Wow!

Bisa dikatakan, ini toilet mewah, bahkan bertaraf internasional -- begitulah yang disampaikan seorang reporter televisi swasta dalam laporannya. Media setempat menyebutkan, toilet bawah tanah ini memiliki enam toilet pria, 10 urinoir, 12 toilet wanita, dan satu toilet untuk difabel. Selain ber-AC, ia juga dilengkapi satu ruang laktasi.

[Foto: Farid Wong]
[Foto: Farid Wong]
Saat berjalan-jalan di kawasan Titik Nol Jogja pekan lalu, saya menyempatkan mampir. Pertama, karena didorong rasa ingin tahu dan, kedua, lantaran hasrat ingin BAK alias kencing. Di siang menjelang sore itu tak begitu banyak orang yang menggunakannya; mungkin dikarenakan bukan musim liburan. Kawasan Titik Nol juga tampak tak begitu dipadati wisatawan.

Dari luar, bangunan toilet itu memang terlihat mentereng, berdinding kaca bening di sekelilingnya. Jika saja tak ada tanda yang melambangkan pria dan wanita yang biasa terpasang di toilet-toilet pada umumnya, bisa saja orang mengira tempat ini stasiun subway atau stasiun kereta bawah tanah. Hehehe...

[Foto: Farid Wong]
[Foto: Farid Wong]
[Foto-foto: Farid Wong]
[Foto-foto: Farid Wong]
Melewati gerbangnya, kita langsung dihadapkan pada sejumlah anak tangga menurun, yang membawa kita menuju toilet yang berada di bawah tanah. Udara sejuk dari AC langsung terasa ketika mulai memasuki ruangan.

Rasa gerah di luar akibat terpaan terik mentari langsung tereliminasi saat memasuki ruangan toilet. Rapi, bersih dan, yang paling penting, tidak bau pesing sebagaimana kebanyakan toilet umum lainnya. Dua petugas kebersihan yang saya jumpai sepertinya selalu siap menjalankan tugasnya, juga menjaga agar kondisi toilet tetap kering, tidak becek.

[Foto-foto: Farid Wong]
[Foto-foto: Farid Wong]
[Foto-foto: Farid Wong]
[Foto-foto: Farid Wong]
Terbayang beberapa waktu silam, ketika saya menjumpai sejumlah wisatawan yang terpaksa kencing di tempat parkir bus. Mereka melakukannya di samping bus sehingga agak terlindung. Apa boleh buat, saat itu memang agak sulit mencari toilet terdekat. Tak heran bila saat itu kerap tercium bau pesing di parkiran roda empat.

Keberadaan toilet baru dan mewah ini tentulah sangat bermanfaat, dan pasti sangat membantu bagi yang hendak buang hajat. Yang lebih bermanfaat lagi adalah aksesibilitas bagi difabel. Bagi saudara-saudara kita yang menggunakan kursi roda, ada fasilitas untuk menurunkan mereka hingga ke toilet, dan ada toilet khusus untuk mereka. Bahkan tersedia ruang khusus untuk ibu-ibu yang hendak menyusui bayi-bayinya.

Peranti untuk membantu difabel menuju toilet. [Foto: Farid Wong]
Peranti untuk membantu difabel menuju toilet. [Foto: Farid Wong]
Yang lebih penting dari semua itu adalah menjaga kebersihan ruang bersama tersebut, juga menjaga keterawatannya. Toilet umum ini pastilah dirancang untuk penggunaan jangka panjang dan dapat terus dimanfaatkan oleh banyak orang. Pihak pengelola memang memegang tanggung jawab kebersihan dan sgala perawatan lainnya. Namun, kita sebagai pengguna juga perlu turut menjaganya dengan baik demi kepentingan dan kenyamanan bersama.

Sekitar dua setengah bulan setelah dibuka untuk umum, kondisinya memang masih terjaga baik. Harapannya, jangan sampai di hari-hari, bulan-bulan atau tahun-tahun berikutnya, kondisinya justru berbalik. Kita tak ingin yang disebut terakhir ini terjadi, tentunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun