Mohon tunggu...
Farida Roudhotuljanah
Farida Roudhotuljanah Mohon Tunggu... Mahasiswa PGMI UIN SUKA

22104080086

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Agrolestari Mart, Inovasi Tukar Sampah Jadi Bahan Pangan

18 Juni 2025   12:23 Diperbarui: 18 Juni 2025   12:32 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Agrolestari Mart(Sumber: Dokumen Pribadi)

Program ini dinilai membantu ekonomi keluarga tanpa mengandalkan bantuan langsung tunai. Terlebih, bahan makanan yang disediakan juga dipasok dari petani lokal sehingga terjadi perputaran ekonomi dalam skala komunitas.

Sebagai organisasi induk, Bumiku Lestari turut mendorong berbagai inisiatif lain yang berbasis keberlanjutan. Agrolestari Mart hanyalah salah satu unit dari ekosistem yang sedang dikembangkan. Visi mereka adalah membangun model ekonomi sirkular di tingkat desa yang bisa direplikasi di wilayah lain.

Kak Alif menuturkan bahwa ke depan, program ini akan terus dikembangkan, baik dari sisi digitalisasi, kemitraan, maupun edukasi lingkungan. Ia berharap Agrolestari Mart bisa menjangkau lebih banyak warga, serta menjadi inspirasi untuk daerah lain di Indonesia.

 "Kami ingin jadikan ini sebagai gerakan bersama, bukan hanya soal tukar-menukar, tapi soal kesadaran kolektif bahwa sampah punya nilai, dan lingkungan adalah tanggung jawab bersama," ujarnya.

Salah satu keunggulan Agrolestari Mart terletak pada sistem poin yang diterapkan secara sederhana namun efektif. Setiap jenis sampah yang dibawa oleh masyarakat memiliki nilai tukar tertentu yang dikonversi menjadi poin. Besarnya poin ditentukan berdasarkan jenis, kualitas, dan berat sampah.

Sebagai contoh: plastik bening (PET) dihargai lebih tinggi karena mudah didaur ulang dan memiliki nilai ekonomi lebih besar. Kardus bersih dan kertas memiliki poin menengah. Kaleng dan logam juga bernilai cukup tinggi karena bisa langsung disalurkan ke pengepul. Sementara itu, sampah plastik kresek atau jenis plastik campuran bernilai lebih rendah karena proses daur ulangnya lebih sulit.

Proses penimbangan dilakukan di lokasi Agrolestari Mart dengan alat ukur digital untuk memastikan akurasi. Petugas akan mencatat berat sampah dan jenisnya, lalu memasukkannya ke dalam sistem pencatatan poin milik masing-masing warga atau anggota.

 "Setiap warga punya semacam akun tabungan poin. Jadi bukan hanya sistem barter instan, tapi lebih mirip menabung dalam bentuk sampah," jelas Kak Alif.

Jumlah poin yang dikumpulkan akan terus terakumulasi. Jika sudah mencukupi nilai tukar sebuah barang kebutuhan pokok --- misalnya, 1 kg telur setara dengan 50 poin --- maka warga bisa menukarkannya kapan saja sesuai katalog barang yang tersedia.

Poin ini tidak memiliki masa kedaluwarsa dan bisa ditukarkan kapan saja, sehingga warga tidak merasa terburu-buru. Hal ini mendorong masyarakat untuk rutin membawa sampah, bukan hanya karena kebutuhan sesaat, tetapi sebagai kebiasaan jangka panjang.

Sistem ini juga mengajarkan masyarakat konsep nilai ekonomi dari sampah, serta memberi motivasi untuk memilah dan menjaga kebersihan sampah dari rumah. Warga diarahkan untuk membawa sampah yang sudah dipilah, bersih, dan kering, karena akan dihargai lebih tinggi dan mudah diproses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun