Mohon tunggu...
Farha Syarifuddin
Farha Syarifuddin Mohon Tunggu... Universitas Muhammadiyah Surakarta, Program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

God first

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hikmah Tafsir untuk Jiwa: Menemukan Keseimbangan Mental dalam Cahaya Al-Qur'an

12 April 2025   18:05 Diperbarui: 12 April 2025   18:05 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Al-Qur'an Penyembuh - Sumber: Pinterest 

Di tengah tekanan hidup modern yang kian kompleks, isu kesehatan mental tak lagi bisa dianggap remeh. Gangguan kecemasan, stres berkepanjangan, dan depresi kini menjadi fenomena global yang juga melanda masyarakat Indonesia, termasuk generasi muda. Banyak pendekatan telah ditawarkan: mulai dari terapi medis, psikologis, hingga spiritual. Salah satu sumber spiritual paling dalam yang bisa dijadikan rujukan adalah Al-Qur'an---khususnya melalui pendekatan tafsir.

Artikel ini ingin mengajak kita melihat bagaimana tafsir Al-Qur'an, khususnya pendekatan tematik (tafsir maudh'i), dapat memberi kontribusi nyata dalam membangun kesehatan mental dan pendidikan karakter yang utuh.

Al-Qur'an: Obat Hati dan Penenteram Jiwa

Dalam QS. Yunus [10]: 57, Allah SWT berfirman:

"Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur'an bukan hanya sebagai sumber hukum atau ibadah, melainkan juga penyembuh hati, termasuk luka-luka batin dan kegelisahan jiwa. Tafsir-tafsir kontemporer seperti Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka maupun Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab kerap mengangkat dimensi ini.

Tafsir dan Ketenteraman Hati

Salah satu ayat yang sangat dikenal terkait ketenangan hati adalah QS. Ar-Ra'd [13]: 28:

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

Dalam penafsiran M. Quraish Shihab (2020), zikir bukan sekadar ritual lisan, tetapi proses internalisasi nilai-nilai spiritual yang mampu meredam kecemasan dan menstabilkan emosi. Artinya, ayat ini tidak hanya menjadi solusi ritual, tetapi juga solusi psikologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun