Depok--- Generasi Z kerap dicap sibuk dengan gawai dan media sosial. Namun, di Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago, Depok, wajah lain Gen Z tampak begitu nyata: berani memimpin, peduli pada sesama, dan siap bergerak untuk perubahan sosial.
Itulah yang tergambar dalam Laskar Langit Leadership Camp 2025, program yang digelar Gerakan Ayo Peduli Sesama (GAPS) pada 31 Agustus -- 3 September 2025. Selama empat hari, 18 santri yatim dan dhuafa ditempa menjadi pemimpin muda yang bukan hanya cerdas, tapi juga peduli.
Aktivisme dari Pesantren
Alih-alih larut dalam hiruk pikuk dunia digital, para peserta memilih terlibat dalam kegiatan yang menuntut kedisiplinan, kerjasama, dan keberanian mengambil keputusan. Outbound, diskusi kelompok, hingga refleksi malam menjadi ajang mereka melatih diri sebagai agen perubahan.
"Gen Z punya energi besar. Tantangannya adalah bagaimana energi itu diarahkan untuk kebaikan. Camp ini jadi ruang latihan aktivisme, bukan sekadar teori kepemimpinan," ungkap Dr. Awaluddin Faj, M.Pd, Pimpinan Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago.
Dari Yatim Menjadi Motor Perubahan
Mayoritas peserta adalah yatim dan dhuafa penerima beasiswa Laskar Langit. Status sosial mereka tak menjadi penghalang, justru pemicu semangat untuk menebar dampak positif.
"Rasulullah juga seorang yatim, tapi beliau menjadi pemimpin besar. Kehilangan bukan alasan untuk berhenti. Justru harus jadi bahan bakar perjuangan," pesan Ustadz Nurjulizar, SEi, Pembina GAPS.
Pesan itu disambut haru. Beberapa santri tak kuasa menahan air mata saat menuliskan komitmen pribadi: menjadi teladan di rumah, aktif di komunitas, dan berani memimpin gerakan sosial di masa depan.
Gen Z dan Kepemimpinan yang Relevan
Laskar Langit Leadership Camp menegaskan bahwa kepemimpinan generasi muda tak bisa dilepaskan dari konteks zaman. Bukan hanya soal memimpin organisasi, tetapi juga kemampuan mengelola emosi, berpikir kritis, bekerja kolaboratif, dan peduli pada isu sosial.
"Buat kami, kepemimpinan berarti keberanian untuk peduli. Bukan soal jabatan, tapi soal siapa yang berani bergerak lebih dulu," kata Erwan, salah satu peserta yang duduk di bangku SMA.
Dari Primago untuk Indonesia
Di tengah tantangan zaman, mulai dari derasnya arus digital hingga isu sosial yang kompleks, Gen Z santri Laskar Langit menunjukkan wajah optimisme. Mereka belajar bahwa aktivisme bukan melulu turun ke jalan, tapi bisa dimulai dari hal sederhana: berbagi, memberi teladan, dan berani bersuara untuk kebaikan.