DEPOK --- Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago menggelar acara silaturahmi bersama walisantri di Masjid Primago, Selasa (8/7/2025). Kegiatan ini menjadi sarana perkenalan antara pimpinan, dewan guru, dan orang tua santri baru, sekaligus pemaparan program pendidikan yang akan diterapkan selama masa pembelajaran.
Pimpinan pesantren, Dr. Awaluddin Faj, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan bahwa proses pembelajaran di pesantren didasarkan pada empat pilar utama, yakni Mindset, Mental, Materi dan Menerima Hasil. Ketiga aspek tersebut dinilai penting dalam membentuk karakter santri yang mandiri dan berdaya saing.
"Mindset yang baik akan membentuk mental yang tangguh.Materi adaah bekal akademik dan keterampilan, sementara Menerima Hasil merupakan sikap untuk belajar dari proses, bukan semata hasil akhir." Ujar Ust Awaluddin di hadapan para walisantri.
Ia menjelaskan, tahun ajaran ini merupakan tahun transisi bagi Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago. Dalam periode ini, sejumlah penyempurnaan kurikulum dan penyesuaian pola asuh akan diterapkan secara bertahap. Langkah ini dilakukan agar proses pendidikan lebih adaptif terhadap kebutuhan perkembangan zaman.
Menurut Ust Awaluddin, lulusan Primago memiliki peluang untuk melanjutkan studi ke tingkat internasional, termasuk ke Mahad Al Azhar Cairo, Mesir, sebagai salah satu opsi pengembangan akademik.
Dalam kesempatan yang sama, Beliau mengingatkan walisantri untuk mempersiapkan tiga hal sebelum anak mulai mondok, yaitu Daya, Doa, dan Dana. Ketiganya diharapkan menjadi bekal utama keluarga dalam mendukung keberhasilan pendidikan santri.
"Daya merujuk pada kesiapan dan komitmen orang tua, doa adalah ikhtiar spiritual, dan dana berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan selama mondok," ujarnya.
Acara silaturahmi juga diisi dengan pemaparan rinci mengenai program pendidikan dan kegiatan pengembangan minat dan bakat santri. Pihak pesantren memperkenalkan para guru pengajar dan pembimbing asrama agar orang tua memiliki akses komunikasi yang jelas.
Pimpinan Pesnatren menambahkan, orang tua diimbau untuk tidak menggunakan grup WhatsApp hanya sebagai sarana memantau aktivitas anak secara berlebihan. Pesantren berharap kepercayaan penuh diberikan agar santri dapat belajar mandiri dan bertanggung jawab.
"Anak-anak perlu kesempatan untuk membentuk karakter. Jadi, grup WhatsApp bukan tempat memeriksa setiap aktivitas mereka," katanya.