Mohon tunggu...
Farhan Fakhriza Tsani
Farhan Fakhriza Tsani Mohon Tunggu... Akuntan - Seorang Pelajar

Tertarik pada sastra, isu sosial, politik, dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bumi Manusia dan Tetralogi Pulau Buru, Benarkah Menyebarkan Paham Komunisme?

4 Agustus 2019   22:43 Diperbarui: 4 Agustus 2019   23:27 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang terdiri dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Sumber: inibaru.id

Dia bersama organisasinya menjalankan misi untuk menyebarkan gagasan ke penjuru dunia. Dia sendiri memilih ke Surabaya, tempat yang dianggap sulit. Meskipun tidak secara eksplisit diungkapkan, sepertinya tidak sulit untuk menyimpulkan bahwa gagasan yang dibawa oleh tokoh Khouw Ah Soe ini adalah komunisme.

 Tokoh kedua adalah Trunodongso. Pria ini adalah seorang pemilik tanah di Sidoarjo yang disewakan secara paksa kepada pabrik gula dengan harga yang tidak sesuai kontrak. Minke bertemu bapak ini dan tinggal di rumahnya beberapa hari. Dari pertemuan tersebut mengalir kisah kezaliman pabrik gula terhadap pemilik tanah di sana.

Trunodongso mengungkapkan dia dulu sempat mempertahankan tanahnya yang berupa sawah hingga pabrik menutup irigasi. Akhirnya terpaksa dia sewakan dengan harga yang lebih rendah daripada seandainya tanah itu dia garap sendiri. Selama menginap, dikisahkan juga pada satu malam keluarga Trunodongso keluar rumah menemui seseorang dan mencurigai Minke sebagai mata-mata pabrik gula.

Dari peristiwa tersebut dapat diketahui bahwa Trunodongso adalah seorang petani yang terlibat sebuah jaringan. Dan sekali lagi, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, dapat disimpulkan dengan mudah kiranya, bahwa tidak ada ikatan lain yang dapat mengikat seorang petani pemberontak selain komunisme.

Tokoh ketiga, Ter Haar, adalah tokoh yang menyimpulkan kejadian-kejadian yang ditemui Minke sebelumnya. Ter Haar adalah seorang jurnalis Belanda yang anti terhadap dominansi modal di Hindia Belanda. Minke bertemu dengan pria ini di atas kapal menuju Batavia. Dalam perjalanan, mereka terlibat diskusi panjang mengenai dunia permodalan.

Ter Haar menjelaskan betapa modal telah merasuki setiap sendi kehidupan manusia modern. Ter Haar menjelaskan semua itu dengan penuh kebencian.

Berikut kutipan yang kiranya mewakili narasi secara keseluruhan: "Modal besar ingin membikin seluruh Pribumi jadi kulinya. Tanah Pribumi jadi tanah usahanya. Maka mereka menolak mati-matian memberikan pendidikan Eropa. Takut ketahuan sumber kekuatan, kelicikan , dan kejahatannya."

Dari diskusinya dengan Ter Haar, Minke mengalami konflik batin terkait pandangannya kepada bangsa Eropa yang selama ini selalu ia agungkan. Dan lagi, meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit, dapat dengan mudah dirasakan bahwa narasi tersebut sarat dengan gagasan komunisme.

Pada buku ketiga, gagasan komunisme dibangun lewat hubungan Minke dengan istri barunya bernama Ang San Mei. Mei merupakan seorang Angkatan Muda Tiongkok yang dulu menjadi tunangannya Khouw Ah Soe. Sepak terjang Mei dalam organisasi Angkatan Muda menunjukkan militansinya pada gerakan Revolusi China.

Meskipun narasi anti modal tidak terlalu sarat, simpati Minke terhadap gerakan yang diikuti Mei secara tidak langsung merupakan simpati pada gerakan Komunis China.

Selain itu, setengah sisanya dari buku ketiga ini menceritakan Minke sebagai sosok Raden Mas Tirtoadisuryo sebagaimana diketahui berdasarkan fakta-fakta sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun