Mohon tunggu...
Farhan Azhwin
Farhan Azhwin Mohon Tunggu... Pelajar/Mahasiswa -

A prospective Indonesian scientist | "Learning from your mistake makes you smart while learning from other people's mistake makes you genius, keep being beneficial for others who actually need it"

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Terlalu Banyak Mengonsumsi Protein, Berbahayakah?

17 Agustus 2017   11:45 Diperbarui: 18 Agustus 2017   21:55 2664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa jenis protein (sumber : http://www.mnogolok.info/ewrabphoto-bad-protein-foods.htm)

Saat ini kebutuhan nutrisi akan makanan sangat penting untuk diperhatikan demi kelancaran aktivitas tubuh seseorang. Demi menjaga stamina, proses berfikir, tumbuh kembang, dan daya tahan tubuh, tiap orang perlu memilah dan mempertahankan asupan nutrisi nya dengan baik dan teratur. 

Beberapa makronutrien pada makanan haruslah proporsional baik jumlah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Namun fokus utama lebih tertuju pada banyaknya konsumsi protein yang dibutuhkan manusia tiap harinya. 

Ya, bahaya konsumsi protein berlebih merupakan sebuah persistent myth yang sampai saat ini menjadi stigma masyarakat kita seperti dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan osteoporosis akibat pelepasan mineral pembentuk tulang. 

Pentingnya Protein Sebagai Kebutuhan Primer

Protein merupakan suatu zat pembangun kehidupan dan setiap sel dalam tubuh menggunakannya untuk pembentukan struktur dan fungsi tubuh. Selain itu, proses metabolisme tidak akan terjadi tanpa adanya bantuan protein atau enzim. Enzim-enzim yang ada dalam sel berperan dalam membantu menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh sel.

Susunan protein terdiri atas rantai asam amino yang panjang yang tergabung bersama-sama dan membentuk sebuah pola pelipatan hingga menjadi struktur yang kompleks. Dari asam amino tersebut, 9 asam amino diantaranya diperoleh dari makanan dan sisanya dapat disintesis dalam tubuh. 

Kualitas suatu protein sangat bergantung dari profil asam amino tersebut dan sumber terbaik protein yang didapat dari makanan mengandung asam amino yang esensial dalam rasio yang sesuai dengan kebutuhan manusia. 

Protein yang bersumber dari hewan lebih baik dibandingkan protein yang bersumber dari tumbuhan, mengingat jaringan otot pada hewan sangat mirip dengan jaringan otot kita sendiri.

Data dari otoritas kesehatan merekomendasikan kebutuhan protein yang dikonsumsi per hari yakni sebanyak 56 gram protein untuk laki-laki dan 46 gram untuk wanita,

Data ini bervariasi untuk tiap individu dan bergantung pada umur, berat badan, tingkat aktivitas, dan faktor lainnya. Asupan kecil tersebut mungkin dapat benar-benar membantu untuk mencegah terjadinya defisiensi namun tidak cukup untuk mengoptimalkan kesehatan dan komposisi tubuh. 

Protein Tidak Melepaskan Mineral Kalsium dari Tulang dan Menyebabkan Osteoporosis

Tingginya asupan protein dipercayai dapat meningkatkan kontribusi osteoporosis melalui peningkatan resorpsi tulang dan penurunan densitas mineral tulang. Teori ini didasari bahwa  protein akan meningkatkan kandungan asam tubuh anda, sehingga tubuh akan melepaskan kalsium keluar dari tulang untuk menetralkan tulang. 

Walaupun beberapa studi menyebutkan adanya peningkatkan ekskresi kalsium pada jangka pendek, efek ini tidak bertahan dalam jangka yang panjang. Informasi tersebut tidak cukup kuat untuk mendukung ide ini dan studi lain menyebutkan bahwa mengganti karbohidrat dengan daging tidak akan mempengaruhi ekskresi kalsium dan mendorong pertumbuhan hormon yang diketahui mendorong pertumbuhan tulang. Sumber

Sebuah jurnal yang dipublikasi pada tahun 2011 menyimpulkan tidak ada bukti yang cukup kuat bahwa peningkatan protein akan merusak tulang. Jika ada, maka bukti menunjukkan asupan protein yang tinggi dapat meningkatkan kesehatan tulang melalui stimulasi faktor pertumbuhan, peningkatan adsorpsi kalsium sekaligus massa tubuh, bukan sebaliknya.

Dari paparan yang sudah dijelaskan diatas, bahwa pemikiran tingginya asupan protein menyebabkan osteoporosis merupakan mitos dan tak ada bukti untuk mendukungnya. 

Mitos Mengenai Protein dan Kerusakan Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berperan dalam memfilter zat dan cairan yang tidak diperlukan keluar dari darah sehingga menghasilkan urin selain itu pengaturan fungsi pH tubuh juga dilakukan oleh ginjal. Normalnya pH tubuh manusia berada pada nilai 7.4

Beberapa orang menyebutkan bahwa ginjal akan bekerja lebih keras untuk membersihkan metabolit protein dari tubuh, sehingga meningkatkan ketegangan pada ginjal. Perlu diketahui bahwa ginjal akan selalu mengalami stress dan untuk itulah organ tersebut dibuat. 

Sekitar 20 persen darah yang dipompa dari jantung akan bergerak menuju ginjal dan penyaringan dilakukan sekitar 180 liter darah yang setara dengan 48 galon setiap harinya. Penambahan asupan protein pada makanan sedikitnya akan meningkatkan beban kerja mereka, akan tetapi hal ini sangat tidak signifikan bila dibandingkan dengan pekerjaan besar yang mereka lakukan.

Berdasarkan literatur yang diperoleh, bukti yang cukup kuat menunjukkan tingginya protein menyebabkan kerusakan pada seseorang yang menderita penyakit gagal ginjal dan hal ini tidak berpengaruh pada seseorang dengan kondisi ginjal yang sehat. Sumber. 

Faktanya tidak ada studi yang menunjukkan bahaya efek protein pada seseorang yang tidak mengalami gagal ginjal bahkan binaragawan memiliki ginjal yang sehat dan mereka cenderung mengkonsumsi protein dalam jumlah besar, baik dari makanan maupun suplemen. 

Ada dua faktor utama yang menyebabkan kerusakan ginjal adalah hipertensi dan diabetes. Kenaikan asupan protein akan mempengaruhi keduanya, sehingga walaupun peningkatan jumlah protein akan berdampak buruk pada ginjal (yang mana tidak ada bukti untuk itu), hal ini akan sebanding dengan efek menguntungkannya yaitu menurunkan tekanan dan gula darah.

Salam Kemerdekaan

Author

17 Agustus 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun