Berapa banyak pelajar yang tidak tahu ke mana alokasi uang pajak yang telah dibayarkan orang tua mereka? Pertanyaan ini bisa menjadi refleksi bersama, bukan sekadar retorika di tengah-tengah gempuran era digital.Â
Pemahaman pelajar terkait perpajakan masih jauh dari kata ideal. Kebanyakan dari mereka bahkan tidak tahu apa itu pajak, mengapa ada pajak, kapan harus membayar pajak, apalagi mempertanyakan kemana alokasi pajak.Â
Padahal mereka adalah para calon wajib pajak di masa depan. Merekalah yang akan melanjutkan estafet kemakmuran negara.Â
Jika sampai detik ini banyak dari para pelajar yang tidak tahu-menahu tentang pajak, bagaimana nanti kondisi negara? Infrastruktur bisa berhenti dikelola, layanan kesehatan menurun, bahkan pendidikan menjadi semakin tidak merata.Â
Maka dari itu, saat inilah waktu yang tepat untuk menanamkan kesadaran pajak di era digital ini melalui jalur yang paling strategis, yaitu pendidikan di sekolah dengan pendekatan digital yang kekinian.
Penerimaan negara, khususnya dari sektor pajak, merupakan tulang punggung pembangunan nasional. Gaji guru, pembangunan sekolah, beasiswa, hingga infrastruktur digital semuanya bersumber dari pajak.Â
Namun, sayangnya banyak dari pelajar belum memahami keterkaitan ini. Bagi sebagian besar, pajak hanyalah urusan orang dewasa atau pengusaha besar.Â
Mereka acuh tak acuh terhadap keberadaan pajak. Di sinilah kesenjangan literasi pajak terjadi dan sekolah memiliki peran vital sebagai jembatannya.
Sekolah bukan hanya sebuah tempat di mana menanamkan pengetahuan akademik, melainkan juga menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan. Materi perpajakan seharusnya tidak hanya hadir di pelajaran Ekonomi saja.
Namun juga dapat diintegrasikan dalam proyek profil pelajar Pancasila, seperti dalam tema Suara Demokrasi yang menerapkan nilai-nilai Pancasila berupa keadilan sosial dan gotong royong. Di sini guru memberikan instruksi berupa iuran kelas untuk kebaikan bersama.Â
Misalnya dengan membuat sistem iuran kecil setiap hari yang digunakan untuk membeli tanaman kelas, alat kebersihan, dan kebutuhan kelas lainnya yang nantinya akan dipergunakan oleh siswa. Dari situ, siswa diajak untuk berpartisipasi sebagai warga negara yang adil dengan ikut berkontribusi sebagai kebaikan bersama.Â