Tidak ketinggalan, Juwati Alho adalah wanita Jawa yang menikah dengan warga lokal dan merupakan sosok wanita sukses Indonesia di Finlandia yang berhasil membuka Indonesian Market dan Green Java di sana. Beliau menyediakan toko online pertama di Finlandia yang dipasarkan ke Estonia dan beberapa negara di Eropa. Salah satu produknya yaitu tempe, kecap, sambel dan bumbu jadi tersedia lengkap secara online dan telah memasuki 28 pasar di Eropa, serta mempunyai jaringan supermarket terkenal di Finlandia. Beliau telah berperan besar dalam memberikan pasokan makanan secara daring bagi WNI di Finlandia.
Ke-empat adalah Ibu Rose Alibasya Jokela yang mempunyai suami orang Finlandia. Beliau merupakan pekerja sosial pada pusat budaya di Helsinki. Tidak terbatas pada itu, beliau juga merupakan pendiri restoran Bali Bagus yang merupakan resto Indonesia kedua di Finlandia. Penghargan yang pernah diperoleh adalah sebagai pemenang dapur terbaik se-Finlandia pada 2019, karyawan yang mendapatkan penghargaan dari Pers Finlandia dari majalah terkemuka di bidang industry hotel, restoran dan kafe.
Kelima adalah ibu Evita Haapavaara, beliau adalah penerjemah Bahasa Indonesia dan Finlandia. Beliau juga memperkenalkan Indonesia melalui jaringan bisnis yang ada disana. Tidak hanya itu, warung jajanan pasar Indonesia pertama berhasil didirikannya. Beliau juga merupakan social influencer terkuat di tengah pandemic covid-19.
Ke-enam adalah Anita Antila yang merupakan pemimpin keagamaan di Finlandia. Beliau juga bergerak aktif mempromosikan kuliner Indonesia di Finlandia. Sedangkan yang terakhir adalah Ibu Ratih D. Adiputri yang merupakan mahasiswa posdoc Ilmu politik di salahsatu universitas di Finlandia, dan berhasil mencitpkan buku fenomenal di sana.
4. Duta Besar RI-Ekuador
Profil keempat adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Ekuador, Yang Mulia Ibu Diennaryati Tjokrosuprihartono yang megambil tema tentang "ketangguhan perempuan menghadapi COVID-19".
Diceritakan bahwa beliau memiliki puteri 4 dan 7 orang cucu serta suami yang semuanya ditinggalkan di Indonesia untuk sementara akibat pandemi COVID-19.
Beliau menceritakan tetang kondisi KBRI setempat, yang mana warga sekitar tidak mengenal Indonesia. KBRI yang kecil dan mayoritas pegawainya perempuan menjadi tantangan tersendiri, terutama untuk menyusun strategi bagaimana agar Indonesia lebih di kenal di Ekuador.
Lokasi yang cukup jauh dengan rencana kegiatan terbatas karena anggaran dana yang tidak terlalu besar, menjadikan hambatan serius dalam bertugas di sana. Dalam periode awal tahun 2020, Indonesia berhasil dikenalkan di Ekuador melalui guest country dalam pertemuan antar negara disana.
Dari pertemuan tersebut Indonesia mulai dikenal, dan staff KBRI pun menjadi banyak ide untuk mengembangkan program kerja. Bahkan, berbagai program kreatifpun bermunculan dari staff yang mayoritas perempuan.
Salah satunya adalah perayaan 40 tahun hubungan Indonesia-Ekuador. Sayangnya seluruh acara yang di desain tersebut harus digagalkan karena pandemic Covid-19. Sehingga beliau harus merubah peta program kerja dengan cara menata konsep psikologis bagi WNI.
