Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sorga di Bawah Kaki Ibu ( 2 )

28 Juni 2022   01:49 Diperbarui: 28 Juni 2022   02:09 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Demikianlah ibuku harus mengakhiri petualangannya menikmati dunia penuh sensasi yang menjebak dan membuatnya melupakan segalanya. Berakhir dengan anti klimaks yang muram.

"Usiamu kini sudah 31 tahun. Mengapa engkau belum menikah?" Pertanyaan ini diajukan ibu sambil meraba wajahku. Tatapannya nanar.

Aku berusaha menelisik perasaannya dibalik pertanyaan itu. Namun gagal menemukan jawabannya.

Aku membuang muka dengan hati mendingin. Tidak tahu bagaimana mengekspresikannya tanpa harus bersikap emosional terhadap wanita yang sudah meruntuhkan rasa percaya diriku menghadapi dunia.

Dia pikir mudah bagiku menjalin hubungan secara personal dengan seseorang? Dengan riwayat hidup menghebohkan dan diketahui secara luas di kota kami yang kecil dan tertutup. Anak yang dilahirkan seorang ibu yang minggat bersama rombongan pasar malam dan puluhan tahun menghilang tanpa jejak! Bagaimana bila sifat itu menurun kepadaku? Siapa yang sudi punya istri atau menantu dengan karakter semacam itu?

Sambil menghela napas aku beranjak menjauhinya. Melempar pandanganku ke luar jendela. Mengamati para lansia yang masih cukup sehat tengah mengikuti senam pagi dibawah pengawasan seorang instruktur dan beberapa orang perawat.

Ketika aku kembali mendekat kulihat ibu sudah tertidur. Napasnya yang sesak tatkala mendengkur membuat dadanya yang kini nampak setipis papan naik turun.

Beberapa hari ini aku merasa sangat lelah. Harus berangkat jam dua pagi dari rumah dengan kendaraan umum. Butuh waktu dua setengah jam mencapai tujuan.

Aku baru bisa tiba di rumah kembali selewat pukul delapan malam. Sementara semenjak nenek meninggal aku hanya tinggal berdua bersama ayah. Ditemani seorang pelayan lelaki yang setiap hari membantu toko kami. Aku kehilangan waktu untuk mendampingi ayah.

Akhirnya kuputuskan untuk memindahkan ibu ke Kaliori yang lebih dekat dengan tempat tinggal kami. Di sana ada panti jompo yang kondisinya cukup memadai. Untuk mencapainya aku cuma butuh waktu tiga perempat jam sekali jalan. Jadi dengan bantuan ambulans ibu kupindahkan ke sana.

 Semenjak kemunculan kembali ibu dalam hidup kami ayah bersikap apatis. Tidak merespons dengan menolak atau menyetujui tindakanku menjenguk serta mengusahakan perawatan yang lebih baik untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun