Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Neuroimunologi Biduran: Ketika Pikiran, Hormon, dan Kulit Saling Berbicara

20 Oktober 2025   20:06 Diperbarui: 20 Oktober 2025   20:06 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gatal karena biduran (Sumber gambar: Meta AI)

"Ketika pikiranmu damai, kulitmu pun berhenti berteriak."

Biduran (urtikaria) bukan sekadar reaksi alergi di permukaan kulit, melainkan cermin dari dialog kompleks antara sistem saraf, imun, dan endokrin manusia. 

Dalam banyak kasus, stres psikologis dan ketegangan emosional terbukti memperkuat reaksi histamin di kulit. 

Tulisan ini menelusuri hubungan ilmiah antara pikiran dan kulit melalui pendekatan neuroimunologi---sebuah bidang yang menyingkap bahwa tubuh manusia tak pernah memisahkan biologi dari emosi.

Pendahuluan

Kulit adalah "otak kedua" yang paling luas di tubuh manusia. Ia punya sistem saraf sensorik, reseptor hormon, dan sel imun sendiri. 

Ketika seseorang mengalami stres, sistem saraf pusat (SSP) mengirim sinyal ke kulit melalui jalur hypothalamic--pituitary--adrenal (HPA) axis, melepaskan hormon seperti kortisol dan adrenalin.

Dalam kondisi normal, kortisol menenangkan peradangan. Namun, bila stres berlangsung lama, kadar kortisol tinggi justru menekan sistem imun adaptif dan memicu pelepasan histamin berlebihan, penyebab utama gatal dan bentol pada biduran.

Kerangka Teoritik

1.Teori Psikoneuroimunologi (PNI)

Menyatakan bahwa sistem saraf, imun, dan endokrin saling memengaruhi. Emosi negatif dapat mengubah respons imun dan membuat tubuh lebih reaktif terhadap rangsangan kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun