Badan pengawas seperti Board of Peace idealnya dibentuk dengan perwakilan luas: OKI, negara Arab, organisasi sipil Palestina, mahasiswa Gaza, dan donor internasional --- bukan penguasa tunggal asing
Penunjukan Tony Blair sebagai figur utama dalam pengelolaan transisi Gaza pasca perang memicu kritik tajam dari berbagai pihak, terutama terhadap potensi pengulangan kolonialisme modern.Â
Dengan merujuk pada konsep colonial continuity, artikel ini menelaah bagaimana gagasan badan internasional seperti Board of Peace atau Gaza International Transitional Authority (GITA) dapat memperkuat hegemoni eksternal, melemahkan kedaulatan lokal, dan memperpanjang struktur kekuasaan asing atas Palestina.
Pendahuluan
Perang Gaza 2023--2025 telah meninggalkan kehancuran besar di wilayah Gaza.Â
Saat wacana gencatan senjata dan rekonstruksi muncul, salah satu skema yang dicanangkan adalah pendirian otoritas transisi yang dikelola sebagian besar oleh aktor internasional --- termasuk nama Tony Blair sebagai calon utama pengatur politik dan administratif di Gaza.Â
Tulisan ini membangkitkan memori lama: negara luar mengatur daerah yang lemah demi "stabilisasi".Â
Banyak yang menyebutnya sebagai colonial continuity---bentuk baru kolonialisme yang dibungkus retorika diplomasi dan "bantuan".
Kerangka Teoretik: Colonial Continuity & Legitimasi Global
1.Konsep Colonial Continuity
Gagasan bahwa praktik kolonial tidak berhenti sepenuhnya saat negara merdeka, melainkan bergeser bentuk: dari pemerintahan langsung menjadi hegemoni institusional dan ekonomi.