Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Serangan 7 Oktober, Teriakan Putus Asa Dunia yang Diblokade: Menggugat Hegemoni, Menguji Nurani & Menelanjangi Kemunafikan Global atas Palestina

7 Oktober 2025   20:00 Diperbarui: 7 Oktober 2025   20:00 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arendt menekankan bahwa kekerasan tanpa refleksi moral akan melahirkan banality of evil --- kejahatan yang terjadi karena sistem, bukan kebencian personal. 

Dalam kasus ini, bombardir Gaza, pembunuhan anak-anak, dan penghancuran rumah sakit dilakukan dengan dalih "keamanan nasional".

3.Kemunafikan Global dan Politik Dua Standar

Dunia yang cepat mengutuk kekerasan Rusia di Ukraina justru bungkam terhadap agresi Israel. 

Fenomena ini menyingkap hipokrisi politik global: HAM dijadikan alat diplomasi, bukan nilai universal.

Pembahasan

Dua tahun setelah serangan 7 Oktober, Israel memperingatinya dengan retorika duka dan penghormatan nasional. 

Namun di balik seremoni itu, Gaza masih terbakar. Blokade tetap diberlakukan, bantuan kemanusiaan diperlambat, dan ribuan tahanan politik Palestina tetap disiksa.

Reaksi global memperlihatkan gejala perubahan: lebih dari 150 negara kini mengakui Palestina sebagai negara merdeka (UNGA, 2025). Namun kekuasaan veto Amerika di Dewan Keamanan PBB terus menggagalkan resolusi gencatan senjata permanen. Dunia berteriak, tapi kekuasaan bisu.

Serangan 7 Oktober, dalam kerangka ini, bukan semata kekerasan, tetapi teriakan eksistensial dari bangsa yang kehilangan ruang hidupnya. 

Hamas, meski menggunakan cara militer, lahir dari ruang sosial yang dikunci. Ketika diplomasi dibungkam, perlawanan menjadi bahasa terakhir yang dimengerti penjajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun