Intersepsi bantuan kemanusiaan mempertegas bahwa strategi Israel telah melampaui pertahanan diri menuju pelanggaran HAM berat.
Diskusi
Paradoks Israel:
*Mengklaim sebagai korban sejarah, tetapi kini mereproduksi pola penindasan.
*Menyebut flotilla sebagai ancaman politik, tetapi menutup mata pada bayi yang mati kelaparan.
*Membangun identitas "selalu dikepung," padahal justru memperluas wilayah ilegal di Tepi Barat.
Fenomena ini menegaskan tesis: Israel bukan hanya menghadapi konflik eksternal, tetapi juga krisis nurani internal. Paranoia telah menggeser empati.
Israel mempertahankan intersepsi flotilla demi menjaga simbol kontrol total. Namun, tindakan ini menyingkap wajah lain: sindrom keamanan absolut yang berubah menjadi pelanggaran kemanusiaan.Â
Jika Israel tidak mampu keluar dari trauma historisnya, maka ia akan terus memproduksi penderitaan kolektif yang melanggengkan konflik.Â
Dunia internasional harus memahami bahwa keamanan sejati tidak lahir dari blokade, melainkan dari keadilan.
Referensi