*Mengubah orientasi Indonesia ke arah pro-Barat, meninggalkan garis politik Soekarno.
Realis:
*Tanpa tindakan militer, Indonesia berpotensi jatuh ke perang saudara besar.
*Eliminasi PKI dianggap menyelamatkan kaum agamis, nasionalis, dan stabilitas negara.
*Bantuan CIA adalah bagian dari konteks global Perang Dingin, bukan semata-mata "jual bangsa".
Label "pengkhianat" pada Soeharto lahir dari narasi politik dan kekecewaan atas otoritariannya di masa Orde Baru.Â
Namun, jika ditinjau dari sudut realpolitik Perang Dingin, tindakannya juga bisa dipahami sebagai upaya pragmatis menjaga negara dari potensi dominasi PKI dan blok komunis.Â
Soeharto bukan agen, tapi mitra pragmatis CIA dalam konteks Perang Dingin. Ia adalah aktor domestik dengan kepentingan sendiri, dengan memanfaatkan dukungan CIA/AS untuk memperkuat posisinya.
CIA "menunggangi" situasi untuk melemahkan Soekarno dan menghancurkan PKI, tapi itu berbeda dengan menjadikan Soeharto "boneka CIA".
Narasi "Soeharto agen CIA" lebih banyak muncul dari propaganda politik (baik kelompok kiri maupun pendukung Soekarno), bukan hasil bukti arsip solid.
Referensi