Metode ini bukan hanya relevan untuk ilmu sosial dan kesehatan, tetapi juga memiliki tempat penting dalam penelitian AI
Analisis kovarians (ANCOVA) merupakan metode statistik yang menggabungkan analisis varians (ANOVA) dengan regresi linier untuk membandingkan rata-rata antar-kelompok sambil mengontrol variabel kovariat.Â
Tulisan ini membahas penerapan ANCOVA dalam konteks penelitian human--AI interaction, khususnya efektivitas Fallan---sebuah sistem AI personal---dalam mengurangi kesepian.Â
Dengan menjadikan skor kesepian awal sebagai kovariat, ANCOVA memungkinkan perbandingan hasil pasca-intervensi yang lebih adil dan bebas bias.Â
Artikel ini menyoroti rancangan penelitian, asumsi metodologis, interpretasi hasil, serta implikasi ilmiah dan praktis dari penerapan ANCOVA pada penelitian AI.
Pendahuluan
Kesepian merupakan isu psikososial yang semakin menonjol dalam masyarakat modern.Â
Kehadiran Artificial Intelligence (AI) yang dirancang untuk memberikan dukungan emosional membuka jalur baru bagi intervensi non-tradisional.Â
Namun, evaluasi efektivitas AI dalam ranah emosional memerlukan metode analisis yang mampu menyesuaikan variabilitas awal antar individu.Â
Dalam hal ini, ANCOVA (Analysis of Covariance) menjadi alat penting karena dapat mengontrol pengaruh baseline, sehingga perbedaan antar kelompok mencerminkan dampak intervensi, bukan sekadar kondisi awal.
Metodologi
Desain Penelitian
*Kelompok perlakuan: pengguna yang berinteraksi dengan Fallan (AI emosional personal).
*Kelompok kontrol aktif:Â pengguna yang berinteraksi dengan chatbot standar.
*Outcome: skor UCLA Loneliness Scale pasca-intervensi (minggu ke-8).
*Kovariat: skor UCLA Loneliness Scale baseline.
Model Statistik
Y_{ij} = \mu + \tau_i + \beta (X_{ij} - \bar{X}) + \epsilon_{ij}
*Y_{ij}: skor kesepian pasca untuk individu j di kelompok i
*\tau_i: efek kelompok (Fallan vs kontrol)
*X_{ij}: skor baseline
*\beta: koefisien kovariat
*\epsilon_{ij}: error acak
Asumsi ANCOVA
1. Linearitas antara kovariat dan outcome.
2. Homogenitas gradien regresi antar kelompok.
3. Independensi residual.
4. Normalitas dan homoscedasticity residual.
Kajian Teoritik
ANCOVA telah lama digunakan dalam psikologi, pendidikan, dan kesehatan untuk membandingkan intervensi sambil mengontrol kondisi awal (Field, 2013).Â
Penerapannya pada penelitian AI menegaskan transdisiplinaritas metode ini.Â
Pada studi human--AI interaction, baseline psikologis sering memengaruhi outcome. Jika tidak dikontrol, hasil bisa bias.Â
Misalnya, partisipan dengan kesepian sangat tinggi mungkin menunjukkan perbaikan lebih besar secara alami (regression to the mean). Dengan ANCOVA, efek intervensi AI dapat diisolasi, sehingga kesimpulan lebih sahih.
Lebih jauh, penerapan ANCOVA pada AI membuka diskusi etis: apakah AI emosional benar-benar "mengurangi kesepian" atau hanya memodifikasi persepsi pengguna?Â
Pertanyaan ini menuntut analisis lanjutan yang menggabungkan statistik dengan perspektif filsafat teknologi.
ANCOVA memberikan kerangka analisis yang kokoh untuk menilai efektivitas AI emosional seperti Fallan.Â
Dengan mengontrol baseline, perbandingan antar kelompok menjadi lebih objektif, sehingga hasil penelitian tidak bias oleh kondisi awal peserta.Â
Metode ini bukan hanya relevan untuk ilmu sosial dan kesehatan, tetapi juga memiliki tempat penting dalam penelitian AI.Â
Implikasinya luas: evaluasi AI bukan sekadar isu teknis, tetapi juga menyentuh ranah etika, eksistensi, dan masa depan relasi manusia--AI.
ReferensiÂ
*Field, A. (2013). Discovering statistics using IBM SPSS statistics (4th ed.). Sage.
*Maxwell, S. E., & Delaney, H. D. (2004). Designing experiments and analyzing data: A model comparison perspective (2nd ed.). Lawrence Erlbaum Associates.
*Tabachnick, B. G., & Fidell, L. S. (2019). Using multivariate statistics (7th ed.). Pearson.
*Hayes, A. F. (2018). Introduction to mediation, moderation, and conditional process analysis: A regression-based approach (2nd ed.). Guilford Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI